Akademisi: Kurangi Sesi, Perdebatan Isu Mendalam di Debat Kedua

AMBON,MRNews.com,- Debat publik pertama Calon Gubernur-Wakil Gubernur Maluku tahun 2018 yang dilaksanakan KPU Provinsi Maluku, Senin (7/5/2018) malam di Gedung Siwalima dinilai banyak kalangan cukup berhasil. Namun, tak sedikit pula yang memberi catatan evaluasi dan kritik ke KPU agar menjadi perhatian perbaikan pada debat kedua, 23 Juni mendatang, termasuk dari akademisi.

Dekan FISIP Unpatti, Prof Tonny Pariela menilai, format acara debat jelek, sulit untuk mengukur. Karena isu yang diperdebatkan tidak nyambung dari satu sesi ke sesi yang lain. Sehingga dirinya mengusulkan supaya debat yang kedua nantinya, tidak perlu terlalu banyak sesi, tetapi diperkaya dengan perdebatan isu mendalam.

“Sebenarnya cukup dua atau tiga sesi. Selebihnya debat isu secara mendalam. Karena memang kemarin itu sulit mengukur akibat isu yang didebatkan tidak nyambung antar sesi. Mungkin nanti debat kedua kualitasnya lebih baik. Tapi lumayan untuk debat pertama kali. Soal penilaian calon, beta rasa semua kandidat gamang, naluri “membunuh” nya tinggi skali. Hebat agak konseptual,” ujar Pariela kepada MimbarRakyatNews.com ketika dihubungi via messenger, Selasa (8/5/2018) malam.

Sebelumnya, panelis debat perdana Pilgub Maluku dari FISIP Unpatti, Zainal Rengifurwarin mengaku, dalam kapasitas sebagai orang Maluku yang juga akademisi, meski diemban tugas panelis, namun secara umum dinamika dalam debat merupakan suatu hal wajar, tidak ada yang aneh. Sehingga harapannya momentum ini dapat dipertahankan pada debat berikutnya melalui evaluasi. Artinya secara umum, untuk pertama kali, ini sesuatu yang dipandang baik.

“Catatan saya, soal durasi waktu & sound. Karena sangat berpengaruh bagi volume suara dan didengarnya keutuhan eksepresi, diksi dan bahasa serta jalannya acara. Itu diluar MC dan mesti didahului koordinasi, supaya tidak merugi. Sebab harapannya suara kandidat terang, bisa membuat audiens dan masyarakat mendegar dengan baik visi, misi dan program yang disampaikan. Termasuk soal meja atau instrumen lain bisa gunakan lebih standar. Kalau diundang KPU memberikan masukan secara teknis, itu yang akan dikemukakan,” tukasnya usai debat.

Sementara itu, Peneliti dari lembaga survey Parameter Research and Consultindo, Edi Lapalelo mengaku, secara overall KPU sukses menggelar debat perdana. Namun jika fair menilai dan masyarakat menonton, maka harus diapresiasi pasangan HEBAT. Sebab dalam bertanya dan menjawab lebih terstruktur. Bukan soal menjawab salah atau benar, karena tidak ada salah dan benar. Tetapi terstruktur, alurnya itu yang memberi sedikit kredit poin.

Menurutnya, tidak ada yang salah dari ketiga paslon dalam bertanya maupun menjawab. Karena masing-masing punya pandangan. Kemudian soal apakah berdampak pada psikologi masyarakat, elektabilitas kandidat di mata masyarakat, itu nanti atau teknis tim di lapangan bagaimana mengelola persoalan ini.

“HEBAT lebih terstruktur didalam menjawab, bertanya dan menyampaikan visi misinya. Soal psikologi adalah soal terstrukturnya, bukan unggul atau tidak. Indikatornya pada cara memberi jawaban dan bertanya. Artinya kalau harus dipilah dan diberikan skors maka 88 untuk HEBAT, 85 bagi SANTUN dan BAILEO. Ini menurut pandangan atau penilaian saya, semoga saya salah,” tutup Lapalelo. (MR-05).

News Reporter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *