Suka Curhat, Remaja Dilatih Jadi Konselor Sebaya

AMBON,MRNews.com,- Kepala Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana (DPPKB) kota Ambon Welly Patty katakan, remaja pada dasarnya mereka suka curhat, suka berkomunikasi dengan teman sebaya entah masalah-masalah pribadi yang paling prinsip menyangkut hubungan pertemanan, pacaran, kenakalan remaja, yang mereka takut melakukan komunikasi atau curhat dengan orang tua, mereka selalu curhat dengan teman sebaya.

Apalagi, pengaruh internet saat ini juga begitu pesat dan bersentuhan langsung dengan para remaja dan kaum muda yang tentu “doyan”, sehingga sulit tersaring hal-hal positif dan negatif dari internet yang bisa mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan remaja dalam kehidupannya. Maka untuk meresponi persoalan itu, perlunya remaja dilatih menjadi konselor bagi teman sebaya.

“Kita mengambil ini sebagai hal yang baik dan positif dimana remaja perlu dilatih untuk konselor bagi teman sebaya mereka dalam bentuk pelatihan konselor pusat informasi dan konselor remaja (PIK-R). Apalagi para remaja saat ini sangat suka dengan internet dan jadi trend tidak bisa tinggalkan memasuki era revolusi industri 4.0. Ini juga upaya kita untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi bagi anak-anak dan remaja,” tandas Welly kepada awak media saat pelatihan konselor PIK-R di Marina Hotel, Kamis (29/8/19).

Dikatakan Welly, ada 100 remaja kota Ambon yang dilatih jadi konselor sebaya. Pasca pelatihan ini diharapkan mereka bisa menjadi teman yang baik bagi sebaya dalam berbagai aspek, sebab ada bekal diberikan seputar informasi HIV-AIDS, narkoba, perkawinan dini dan seks bebas. Selain memang bagaimana konselor juga bisa membuka diri menerima semua curhat teman sebaya supaya ketika mereka menjadi konselor sesungguhnya, hal positif yang baik mereka sampaikan ke sebaya yang membutuhkan perhatian, infomasi tentang masalah remaja.

Sebelumnya, Asisten III Pemkot Romeo Soplanit saat membuka pelatihan mengatakan, generasi milenial merupakan generasi sangat melek dalam teknologi. Walau melek teknologi, generasi milenial cenderung tidak peduli dengan keadaan sosial, termasuk budaya ekonomi dan lainnya. Mereka cenderung fokus pada gaya hidup bebas, menginginkan hal-hal instan yang pengaruhnya karena penggunaan salah media sosial. Padahal ilmu di sekolah ada untuk mendorong mereka bisa menjadi generasi cerdas, bermartabat dan memajukan bangsa.

Maka lanjutnya sudah selayaknya remaja menjadi perhatian pemerintah maupun sebaliknya. Sebab di era kini, generasi milenial memiliki peran penting untuk mendukung berbagai program pemerintah, sebab mereka memberikan adil besar, terutama dalam mengembangkan program KB. Sebab masalah yang selalu dihadapi generasi muda diantaranya meningkatnya perkawinan usia dini, tidak berperilaku sehat, dekat dengan seks bebas dan HIV.

“Menjadi masalah utama adalah pendewasaan usia perkawinan, yang jadi usia kurang 18 tahun masih tergolong anak-anak, maka BKKBN memberikan batasan pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Pemkot telah mengembangkan prorgam reproduksi remaja sekaligus membentuk wadah kegiatan tersebut dengan prinsip pengelolaan untuk remaja dinamai pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja. Para remaja harus bisa mengisinya dengan kegiatan yang positif dan berguna untuk kehidupannya,” pungkas Soplanit. (MR-02)

News Reporter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *