AMBON,MRNews.Com.-Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia Maluku, Anos Yermias menyebutkan Maluku tidak termasuk salah satu daerah singgah kirab Obor Asian Games 2018 Jakarta dan Sumatera Selatan karena lemahnya lobi Pemerintah Daerah dan KONI setempat.
’’Saya tidak tahu faktor-faktor penyebab mengapa sampai kirab obor Asian Games 2018 tidak menyinggahi Maluku, tetapi hanya Raja Ampat di Papua Barat. Itu karena lemahnya lobi pemda dan KONI Maluku,’’ tuding Anos saat dikonfirmasi Aty Makmara yang memoderatori Dialog Interaktif RRI Ambon dengan topik:’’Kontribusi Atlet-atlet Maluku bagi Indonesia di Asian Games 2018, Jumat (27/7).
Dialog itu menghadirkan narasumber utama Rony Samloy, jurnalis olahraga senior Maluku. Sementara Anos tampil juga sebagai narasumber di ujung telepon (by phone) dalam dialog berdurasi satu jam itu.
Anos sendiri masuk dalam Panitia Besar di cabang dayung pada Asian Games 2018.
Ditanya Aty soal indikator keberhasilan itu, Anos menilai itu karena konsistensi pembinaan dayung
Yang berbuah pada sejumlah prestasi gemilang yang ditorehkan atlet-atlet dayung Maluku selama membela Indonesia di berbagai event-event regional dan internasional. Terakhir masuknya La Memo dalam peringkat 16 dunia selepas Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, pada pertengahan 2016 silam.
Untuk Asian Games sendiri, kata Anos, ada dua atlet dayung Maluku yang turun di nomor rowing single scull, yakni La Memo dan Chelsea Corputty. Saat ini Memo, Chelsea dan tim dayung Indonesia tengah menjalani pemusatan latihan di Amsterdam, Belanda, sebelum kembali turun di Asian Games 2018.
Anos menuding KONI Maluku tidak punya perencanaan sehingga belum tampak program mikro dan makro yang dibuat menyongsong digelarnya Pra PON dan PON 2020 di Papua. ’’Saya tidak tahu cabang lain, tapi di dayung kita selalu punya program mikro dan makro. Dan itu sangat terukur di setiap gelaran PON,’’ ungkap Anos yang juga Ketua Komisi C DPRD Maluku itu.
Anos menghendaki KONI Maluku senantiasa membangun kemitraan dengan instansi teknis terkait, seperti Dinas Pemuda dan Olahraga untuk keberlangsungan pembinaan atlet-atlet pemula, yunior hingga senior.
Rony menjelaskan di Asian Games 2018 terdapat lima atlet Maluku yang membela tim Merah Putih, yakni La Memo dan Chelsea (dayung), Bram Betaubun (tinju) dan Alvin Tehupeiory dan Wempy Pelamonia di cabang atletik khusunya lari.
’’Meski hanya 5 atlet, namun hal itu menjadi bukti betapa kontribusi atlet-atlet Maluku untuk prestasi olahraga Indonesia sejak dulu hingga saat ini sudah ditorehkan dengan tinta emas,’’ ujarnya.
Rony menandaskan kemajuan pembinaan olahraga ditentukan komitmen seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah daerah, masyarakat/praktisi olahraga dan dunia usaha. Persoalannya, kata Rony, meski olahraga adalah ladang pengorbanan dan pengabdian, akan tetapi hal ini telah disalahgunakan banyak pihak untuk mencari keuntungan materi. Dia mencontohkan, di sejumlah pengprov cabor terdapat komposisi kepengurusan yang lebih dari 20 orang, tetapi dalam pelaksanaannya seluruh urusan pembinaan dan pengelolaan anggaran hanya digerakkan satu orang atau manajemen tukang sate. ’’Celakanya ada banyak pengprov yang jarang melakukan pembinaan, tetapi selalu meminta anggaran pembinaan di KONI Maluku. Padahal, tugas ketum pengprov cabor harus mencari dana lain di luar,’’ jelasnya.
Rony menjabarkan kelemahan paradigma pembinaan olahraga di Maluku adalah anggaran (uang) diletakan pada porsi utama, padahal seharusnya niat dan ketulusan yang menjadi poin utama dalam setiap penyusunan program pembinaan olahraga. (MR-03/ROS).