BI-OJK Perkuat Koordinasi Jaga Stabilitas Ekonomi

AMBON,MRNews.com.- Bank Indonesia (BI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin memperkuat koordinasi dan implementasi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kelanjutan pembangunan.
Kondisi perekonomian Indonesia secara umum cukup baik dan kuat. Tekanan
pada stabilitas khususnya nilai tukar Rupiah lebih berasal dari meningkatnya keketatan . likuiditas dan risiko global karena perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS). Ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam releasenya yabg diterima media ini (30/05)
Dikatakan, Penguatan koordinasi kebijakan diarahkan untuk memprioritaskan stabilitas jangka pendek dengan tetap mendorong pada pertumbuhan jangka menengah.
Kondisi Perekonomian Indonesia Cukup Baik dan Kuat,dimana pertumbuhan ekonomi mencapai 5,06 persen pada
triwulan I 2018. Inflasi pada April 2018 tercatat rendah, yaitu 3,41persen (yoy), dan diperkirakan tetap rendah sesuai kisaran sasaran 3,5+1 persen pada akhir 2018.
Defisit transaksi berjalan, sesuai pola musimannya, meningkat pada triwulan I 2018 menjadi 2,1 persen dari PDB, tetapi
masih lebih rendah dibandingkan periode triwulan 1 tahun 2013 saat Taper Tantrum terjadi sebesar 2,61 persen dari PDB.
” Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan terjaga di bawah 2,5 persen
dari PDB untuk tahun 2018 sehingga masih di bawah batas yang aman yaitu tidak melebihi 3 persen dari PDB,” ucapnya.
Cadangan devisa, tambahnya, lebih dari cukup untuk pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah, maupun untuk mengantisipasi kemungkinan pembalikan aliran modal
asing ke luar.
Stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga di tengah intermediasi perbankan yang terus membaik. Sementara itu, APBN menunjukkan implementasi yang sangat sehat.
Pada akhir April 2018, penerimaan perpajakan tumbuh sekitar 14,9 persen dengan PPN yang tumbuh 14,1 persen PPh Badan tumbuh 23,6 persen dan pertumbuhan pajak yang kuat terjadi secara luas di berbagai sektor yang menggambarkan peningkatan aktivitas perekonomian serta kesehatan dunia usaha. Defisit APBN sebesar 0,37 persen dari PDB dan keseimbangan primer
mencatatkan surplus sebesar Rp24,2 triliun yang mencerminkan makin sehatnya kondisi APBN dan terjaganya kesinambungan fiskal.
Fundamental ekonomi seperti ini dipahami dunia internasional (termasuk para investor Indonesia) sebagai kondisi yang baik. Indonesia
dipandang memiliki prospek ekonomi yang baik di masa depan.
Stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga. Permodalan dan likuiditas LJK masih sangat memadai, dengan CAR
perbankan sebesar 22,38 persen serta RBC asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 310 persen dan 454 persen serta excess reserve perbankan mencapai Rp. 618 triliun.
Walau demikian katanya, Di sisi intermediasi, sampai dengan April 2018, kinerja sektor jasa keuangan masih tumbuh positif. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh masing-masing sebesar 8,94 persen yoy dan
6,36 persen yoy. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,06 persen setiap tahun. (MR-06)
Eda L
Eda

News Reporter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *