by

3 Perawat RSUD Haulussy Positif COVID, 22 Reaktif Rapid

-Maluku-1,377 views

AMBON,MRNews.com,- Ternyata, dari 32 pasien terkonfirmasi positif COVID-19 awal yang telah diungkapkan Gugus Tugas Pencegahan Penanganan COVID-19 Provinsi Maluku beberapa waktu lalu, tiga (3) orang diantaranya adalah perawat/tenaga medis pada RSUD dr Haulussy-Ambon.

Ketiganya adalah pasien kasus 26 berinisial MM (41), pasien kasus 27 perempuan berinisial UM (29) serta pasien kasus 28 inisial T (30) perempuan. Sekarang ketiganya dirawat/isolasi di RS tersebut.

“Ketiganya sebelumnya diketahui positif COVID, awalnya PDP dan hasil Rapid tes reaktif. Ketiganya sekarang ada di RSUD Haulussy,” ujar Ketua Harian Gustu COVID-19 Maluku Kasrul Selang kepada awak media belum lama ini di kantor Gubernur Maluku.

Hal itu juga turut dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Maluku Meykal Pontoh. Ketiga pasien yang adalah perawat terkonfirmasi positif sesuai hasil Swab.

“Iya, tiga pasien positif COVID-19 itu tenaga medis pada RSUD Haulussy. Mereka sekarang diisolasi di rumah sakit,” ungkap Meykal di lantai VI kantor Gubernur, Senin (11/5).

Sementara, lanjut dia, diluar tiga perawat positif COVID, dari kurang lebih 100 tenaga medis (dokter dan perawat) dan pegawai RSUD dr Haulussy yang di-RDT, 22 orang hasilnya reaktif. Mereka pun telah diisolasi. Beberapa diantaranya juga sudah lakukan Rapid tes kedua.

Atas kondisi itu, diakuinya, untuk saat ini hingga 14 hari kedepan, RSUD dr Haulussy rencananya akan disterilisasi. Artinya, tidak ada pelayanan bagi pasien umum diwaktu tersebut.

“Saat ini di RSUD Haulussy, untuk pasien umum dibatasi. Tidak ada pelayanan selama 14 hari. Karena kita rencana sterilisasi. Karena sudah ada tenaga medis yang terkonfirmasi COVID maupun reaktif. Kita harap masyarakat paham dengan kondisi tersebut,” pungkasnya.

Salah satu faktor banyak tenaga medis positif COVID dan reaktif Rapid, karena menurutnya, pasien yang datang ke RSUD dr Haulussy, ada pasien yang jujur tentang penyakitnya dan sembunyi.

“Lebih banyak pasien sembunyi karena takut dengan stigma negatif ditengah masyarakat apalagi jika memiliki gejala serupa. Jelas ini sangat membahayakan bagi tenaga medis. Padahal kami harapkan masyarakat terbuka, agar ada penanganan,” ingatnya. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed