AMBON,MRNews.com,- Animo masyarakat khususnya siswa dan mahasiswa membaca buku secara offline dimasa Pandemi Covid-19 cukup tinggi. Meski dalam masa normal atau sebelum Pandemi, jumlahnya lebih signifikan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Ambon Petrus Pattiasina mengaku, selama Pandemi Covid-19 yang hampir setahun ini, lumayan banyak pemustaka offline karena memang rolling buku yang diterapkan dinas perpustakaan kecamatan dan desa. Sementara online juga ada, tapi sedikit.
“Jumlahnya naik tetapi naik itu kan kadang 1 orang habis baca, setelah itu dia pinjam buku lagi, masuk hitungan baru. Animo sebelum Pandemi jelas lebih tinggi dibanding masa Pandemi. Yang jelas offline masih tinggi animo pemustaka untuk baca buku dimasa Pandemi,” jelasnya kepada wartawan.
Menurutnya, sebelum Covid-19 lebih tinggi karena kondisi normal dimana anak sekolah sekian banyak kunjungi perpustakaan tiap hari baik SD, SMP, SMA untuk kebutuhan referensi, tugas-tugas.
Bahkan, lewat guru-guru, dinas coba sosialisasi dan membawa siswa ke perpustakaan.
Pihaknya sebut Pattiasina, ditengah Pandemi Covid-19 menerapkan dua alternatif, pertama rolling buku. Sistemnya roling buku di perpustakaan kecamatan dan desa.
Artinya, buku dibawa ke satu kecamatan atau desa, beberapa waktu jika sudah habis dibaca habis, maka akan rolling lagi ke yang lain.
“Sistemnya orang yang datang baca buku, nanti baru dia tanda tangan absensi. Itu dianggap sebagai kehadiran peminat baca di perpustakaan. Karena buku yang digunakan untuk baca itu buku untuk perpustakaan,” ujarnya.
Kedua, perpustakaan digital yaitu e-ambon manise yang bisa diakses masyarakat khususnya siswa dan mahasiswa untuk baca buku secara online. Namun mahasiswa dalam kepentingan penelitian, sampai sekarang memang datang langsung ke perpustakaan untuk mencari buku.
Disinggung apakah perkunjungan ke perpustakaan perlu Rapid tes atau tidak, dirinya mengaku memang ada yang Rapid juga tapi yang penting protokol kesehatan (Prokes) tetap dijalankan yaitu menjaga jarak, pakai masker, mencuci tangan serta tidak berkerumun.
“Seng wajib Rapid juga lah. Terpenting Prokes jalan. Sebab kalau katong buat wajib Rapid tes maka anak sekolah tidak akan datang baca buku di perpustakaan. Jadi protokol tetap jalan saja,” pungkasnya. (MR-02)
Comment