by

Pasien Umum Ikut Dirawat, Stigma Terhadap RSKD Berubah

AMBON,MRNews.com,- Sejak tahun 2007 berganti nama dari rumah sakit jiwa pusat Ambon ke rumah sakit khusus daerah (RSKD) Provinsi Maluku, jumlah pasien menurun setiap tahunnya.

Bahkan tak saja orang yang memiliki gangguan jiwa, tetapi juga pasien kategori umum pun ikut rawat di RSJ/RSKD. Artinya, stigma publik terhadap RS tersebut yang notabene khusus bagi orang “gila” telah berubah.

Plt Direktur RSKD Provinsi Maluku dr Zulkarnain, MS.SpJP.,FIHA menjelaskan, saat masih bernama RSJ, jumlah pasien per tahun sebanyak 15.530 pasien. Tapi sesudah berubah ke RSKD jumlah pasien meningkat per tahun menjadi 18.633 kasus.

Kasus rawat jalan meningkat sebutnya, karena sudah dibuka peluang-peluang penyakit umum seperti penyakit dalam, tumbuh kembang anak yang untuk mencegah stunting, pengobatan bagi anak-anak yang ketagihan main gadget bisa diobati.

“Dibeberapa tahun terakhir, untuk pasien rawat inap umum sejak RSKD 1639 pasien, turun dibanding sebelumnya 2.116 kasus per tahun. Artinya dengan jumlah kasus menurun untuk pasien rawat inap berarti masyarakat jauh lebih sehat,” sebut Zulkarnaini kepada awak media di aula RSKD, Selasa (18/5).

Sementara untuk pasien khusus dengan gangguan jiwa selama rentan 2020-2021 atau masa Pandemi COVID-19 mewabah di Maluku, sebutnya terdapat 536 kasus. Pasien-pasien gangguan jiwa tersebut datangnya dari kota Ambon, demikian pula pasien umum.

“Lebih banyak pasien dari kota Ambon karena mungkin jadi ibukota provinsi dan mudah dijangkau. Kalau dari luar Ambon mungkin karena faktor kejauhan jadi sedikit yang datang,” jelasnya.

Jangkauan ke kabupaten/kota lain diluar kota Ambon diakui Zulkarnaini, pihaknya menerapkan yang namanya pengobatan terintegrasi. Dimana dokter dan perawat RSKD turun langsung ke lapangan per triwulan.

Selain pengobatan terintegrasi dan pasien yang datang langsung ke RS, ada pula sistem perawatan berbasis home care. Mekanismenya, perawat dan dokter datang berkunjung ke rumah pasien.

“Image masyarakat soal RSKD sudah jauh lebih berubah. Kalau dulu pasiennya mau berobat, belum datang lagi sudah teringat pasti orang gila. Sekarang kan tidak lagi. Sebab kita sudah kembangkan pelayanan lain, misalnya poliklinik anak untuk pemulihan ketagihan main gadget,” tukasnya.

Artinya ada pembauran, yang tak lagi indentik hanya untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Selain itu, pihaknya juga intens setiap bulan melakukan berbagai penyuluhan untuk masyarakat sehingga hilangkan image terhadap ODGJ. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed