AMBON,MRNews.com,- Coronavirus disease (COVID-19) sudah menyebar luas pada cluster komunitas yang sulit dideteksi. Dampaknya, kasus positif terus bergerak naik setiap hari. Masyarakat pun diminta kerjasama, jika tidak, sulit hentikan penyebarannya.
“Virus ini mulai melebar terus ke daerah. Kita punya tingkat perkembangan itu berbeda dengan Jakarta. Jakarta mulai turun tapi kita malah posisi naik. Tidak bisa diseragamkan seluruh daerah sama. Kita akan lihat sesuai spesifikasi daerah kita,” kata Walikota Ambon Richard Louhenapessy.
Diakuinya, oleh para ahli-ahli kesehatan, diprediksi atau dianalisa, Ambon dan Maluku mungkin tingkat puncak pandemi COVID akan terjadi akhir bulan Juni atau awal juli. Karenanya, jika tidak diintervensi bisa saja kurva naik terus. Sebaliknya, pasti akan melandai, turun.
“Kurva cendrung naik terus. Hari ini sudah 62 kasus positif di Ambon. Ini yang kita mau dorong, kalau bisa tetap landai saja supaya tidak terpengaruh itu. Kalau Presiden mengambil kebijakan tolak, mungkin kondisi Jawa tidak memungkinkan, tapi Ambon sama sekali harus jadi atensi untuk ada PSBB,” jelasnya di Balaikota Ambon, Jumat (15/5).
Disinggung strategi Pemkot jika PSBB ditolak, menurutnya, kuncinya masyarakat. Yang harus bersama-sama, berpartisipasi ikut anjuran pemerintah. Bila masyarakat lalai, beratnya di pemerintah, mesti mengcover kesehatan, keluarga secara sosial dan ekonomi dan lainnya.
“Pemerintah tidak mungkin sendiri. Partisipasi masyarakat secara sadar dan bersama hal utama. Saya harap kalau dilihat kondisi ini, seluruh persyaratan telah terpenuhi. Tinggal nanti dari pusat datang konfirmasi. Setelah ok langsung ditetapkkan. Mungkin dua minggu dulu, setelahnya lalu kita betul-betul benahi,” bebernya.
Lagi ditekankannya, PSBB bukan melarang tapi pembatasan. “Media aktivitas seperti biasa. Karena harus mencover informasi. Cuma kita batasi betul tempat-tempat tidak perlu misalnya restoran, cafe, rumah kopi. Tidak boleh terima tamu tapi boleh terima pesanan dan sejenisnya,” kuncinya. (MR-02)
Comment