by

Fakta Lain Dibalik Kisah Imanuel, Bocah Kurang Gizi di Ambon

AMBON,MRNews.com,- Imanuel Laicerewy (7), bocah kekurangan gizi asal Kota Ambon kini sudah menjalani perawatan intensif di RST dr Latumeten, setelah sempat menjalani pemeriksaan awal di poliklinik RSUP dr Leimena.

Imanuel sempat viral di media sosial karena kondisi berat badannya memprihatinkan, tidak sesuai usianya, hanya 9 kg. Bahkan HB Imanuel hanya 3 dan ada penyakit penyerta TB Paru.

Pemerintah kota Ambon lewat Walikota Richard Louhenapessy sudah buka suara soal perjalanan kasus Imanuel dan penanganan kesehatan oleh Puskesmas kepada awak media di Balaikota kemarin.

Namun, ada fakta berbeda yang diungkap orang tua Imanuel, Yorina Letelay saat Mimbarrakyatnews.com menyambangi langsung bocah kelahiran Desa Yawuru Pulau Kisar Maluku Barat Daya (MBD) di RST, Selasa (25/8).

Yorina, ibu Imanuel menuturkan, anaknya lahir di MBD dan dibawa ke Ambon, berat badannya normal 2,3 kg. Imanuel jatuh sakit umurnya 2,6 tahun di 2015. Sewaktu pemeriksaan di dokter ketika Imanuel umur 4,11 tahun berat badan 5kg.

Dalam prosesnya, terhitung dari 1 Oktober-30 Desember 2018, dinas kesehatan kota Ambon lewat Puskesmas Air Salobar memberikan bantuan makanan tambahan berupa bubur, tempe dan tahu goreng, telur, susu 2 sachet setiap hari selama tiga bulan.

Dengan catatan berat badannya harus naik mulai dari 10-14 kg baru selesai pemberian bantuan itu. Namun ketika berat badan belum sampai 10-14 kg lagi, kata Yorina, Puskesmas sudah setop pemberian makanan tambahan. Ditandai dengan penandatanganan surat keterangan bermeterai.

“Lalu kenapa dibilang beta punya anak berat badan sampai 13 kg saat itu. Itu yang biking beta resah dan sedih karena keliru. Sebab waktu itu tidak berat badannya tidak sampai 10 kg,” tandas ibu rumah tangga lirih.

Bahkan jika dibilang petugas kesehatan yang datang bawa makanan dan layani Imanuel di rumah menurutnya, hal itu tidak pernah. Karena surat pernyataan jelas orang tua yang turun ambil makanan tambahan di Puskesmas dan itu yang dilakukan selama tiga bulan.

Yorina menampik pelayanan dari Puskesmas 9 bulan untuk suplai makanan tambahan karena benarnya hanya 90 hari atau 3 bulan sesuai surat pernyataan yang ditanda tangani, berakhir di 30 Desember 2018 dari 1 Oktober.

“Selesai waktu 3 bulan itu, pelayanan atau kunjungan petugas kesehatan sama sekali tidak ada. Bersyukurnya saat itu beta ketemu kaka Mey dari tim Berkat Ambon. Sempat putus komunikasi tapi bertemu lagi kaka Mey yang kemudian tangani Imanuel dari biaya Rontgen dan sebagainya sampai bawa ke RS Leimena dan RST ini,” ceritanya.

Menurut Yorina, dia rutin membawa Imanuel ke Posyandu setiap tanggal 23, tapi ketika berat badannya terus turun tidak ada respons dari Puskesmas untuk mau kunjungi, pengobatan dan sebagainya, hanya timbang. Sempat dapat obat untuk minum beberapa hari, selanjutnya tidak lagi karena tidak ke Puskesmas.

Sampai akhirnya kemarin, pihak Puskesmas ditelepon kepala dinas lalu petugas ke rumah atau mungkin setelah heboh. Petugas dibuat kaget karena hasil rontgen sejak 2018 dan baru lagi di 2020.

“Bahkan petugas sempat salahkan beta kenapa anak begini seng ada inisiatif bawa dan sebagainya?. Padahal menurut beta sebagai petugas ketika ke posyandu timbang dan diketahui berat badan menurun, mesti diarahkan,” ujarnya sedih.

Sebelum mengakhiri cakapan, tambah Yorina, seluruh keluarganya adalah warga kota Ambon dan ber-KTP Ambon. Hanya saat itu ke MBD untuk melahirkan Imanuel, setelahnya balik dan kini menetap di RT 006/RW 007 kelurahan Kudamati Kecamatan Nusaniwe. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed