AMBON,MRNews.com,- Walikota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan, pihaknya perlu memperhatikan benar terkait dengan wacana pelaksanaan Belajar Tatap Muka (BTM) agar tidak timbul klaster baru.
Sebab, fakta membuktikan bahwa setelah sekolah-sekolah di Indonesia buka, 1.300 sekolah itu terkonfirmasi Covid-19. Kurang lebih ada 9.000 guru, dan kurang lebih ada 15.000 siswa terpapar.
“Fakta itu menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Ambon (Pemkot) harus lebih berhati-hati agar tak menimbulkan klaster baru seperti yang terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia,” ungkap Walikota kepada wartawan di Balaikota Ambon, Selasa (28/9).
Dikatakan, sampai saat ini Pemkot masih belum ijinkan BTM, meski Kota Ambon sudah ada di zona kuning dan level II. Sebab butuh perencanaan matang. Opsi belajar online atau daring masih ditempuh.
“Jangan sampai pemerintah mau gegabah untuk pembelajaran tatap muka, lalu pada akhirnya mengorbankan anak-anak. Hal tersebut harus dijaga, dan tentu menjadi perhatian khusus Pemkot,” tegasnya.
Namun kata walikota II periode ini pihaknya akan memulai proses ini secara berangsur. Dimana, akan dilaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka terlebih dahulu baru kemudian secara keseluruhan
“Ini jadi perhatian untuk kita, paling dia mesti ujicoba,” tandasnya.
Louhenapessy mengatakan, kriteria utama sekolah dapat melakukan pembelajaran tatap muka adalah siswa dan guru sudah 80 persen melakukan vaksin.
“Nah, kalau sudah 80 persen siswa vaksin, kemudian kita lihat gurunya sudah belum. Kalau guru-gurunya belum vaksin itu kita akan mengambil kebijakan itu,” katanya.
Setelah itu, sarana-prasarana lembaga pendidikan juga perlu diperhatikan agar tetap steril dan terhindar dari penyebaran virus dan menimbulkan klaster baru.
“Kemudian tiap-tiap kelas itu mesti ada bagaimana jarak yang dibuat, yang masuk harus cuci tangan, mesti ada hand sinitizer, semua itu mesti disiapin, toiletnya juga mesti dibetulin,” pungkasnya. (MR-02).
Comment