by

Ambon Kota Musik Dunia, Wawali: Tugas Kedepan Lebih Berat

AMBON,MRNews.com,- Bersama 65 kota lainnya di dunia, Kota Ambon telah ditetapkan sebagai kota kreatif UNESCO oleh Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dalam sidang UNESCO di Paris, Perancis, Rabu (30/10/19). Ambon sendiri menjadi kota kreatif berbasis musik dengan 15 kota. Bagi pemerintah kota (Pemkot) Ambon, jelas prestasi ini dipandang merupakan awal dari segala tujuan yang ingin dicapai. Sebab tantangan kedepan tentu lebih berat.

“Kita patut bersyukur dan berterima kasih atas keberhasilan ini. Semua bukan kerja Pemkot dan AMO saja tapi dukungan masyarakat, stakeholder, insan musik bahkan pers pun sangat besar. Proses perjuangan yang penuh suka, duka, cibiran, kritik berakhir manis. Sebab semua itu jadi dorongan dan motivasi untuk kita. Tentu tugas kita tidak berakhir disini, ketika diumumkan UNESCO sebagai kota kreatif. Malah jadi lebih berat kedepan. Pemkot hanya lahirkan kota ini sebagai kota musik tapi AMO akan jadi motor penggerak,” tukas wakil walikota Ambon Syarif Hadler kepada awak media di lantai II Balaikota Ambon, Kamis (31/10/19).

Tugas itu sebutnya yakni kerjasama dengan kota-kota kreatif lainnya di dunia wajib terus dilakukan. Membangun relasi positif dan menghimpun potensi atau musisi di kota Ambon, penyediaan fasilitas pendukung mesti dilengkapi serta tetap memberi ruang pengembangan seni. Ketika itu dilakukan dengan baik, maka pastinya investor akan melirik Ambon dengan potensi jadi kota kreatif berbasis musik.

“Kedepan kita punya perencanaan yang berbeda dengan apa yang telah dilakukan selama ini. Kita akan buat forum untuk mengkaji sebuah perencanaan pembangunan seiring dengan Ambon menjadi kota kreatif berbasis musik. Juga mendorong musik masuk kurikulum pendidikan di sekolah berbasis muatan lokal. Infrastruktur dan membangun ekosistem bermusik tentu jadi perhatian,” tukas Hadler.

Sementara Direktur Ambon Music Office (AMO) Ronny Loppies terharu dengan pencapaian ini. Meski berbagai tantangan dan masalah mengiringi, namun semua mampu menjalani dengan baik. Sebab sudah jadi komitmen Pemkot dan AMO dalam mendukung wujudkan Ambon kota musik dunia. Namun begitu, langkah tidak berhenti tapi terus berlanjut. Utamanya kedepan membangun ekosistem bermusik, pembangunan berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat dari aspek ekonomi kreatif berbasis musik, kolaborasi pariwisata dengan musik. Evaluasi akan dilakukan UNESCO tiap dua tahun. Maka sinergitas dengan semua stakeholder sangat penting.

“Tanggungjawab kita memberi tatanan positif bagi masyarakat. Banyak tantangan, tapi panggilan nurani yang membuat kita bisa maju agar berbeda dengan kota lain di Indonesia dan selevel dengan kota lain di dunia. Sebab Ambon ketika sekali daftar langsung jadi kota musik dunia, prosesnya tiga tahun. Beda dengan Pekalongan dan Bandung yang harus empat kali baru jadi kota kreatif UNESCO. Kita punya strenght menjadikan Ambon kota musik dunia. Namun tugas berat bagaimana mempertahankan. Mau tidak mau harus jadikan musik sebagai sektor utama, didukung sektor-sektor lain, pendidikan musik harus ditumbuhkan,” paparnya.

Sebelumnya, saat penetapan 66 kota kreatif UNESCO, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay katakan, sebagai laboratorium gagasan dan praktik inovatif, kota kreatif UNESCO membawa kontribusi nyata untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan melalui pemikiran dan tindakan inovatif. Melalui komitmen mereka, kota-kota memperjuangkan tindakan pembangunan berkelanjutan yang secara langsung bermanfaat bagi masyarakat di tingkat perkotaan. 66 kota ini masing-masing dengan caranya sendiri, menjadikannya budaya pilar bukan aksesori. Juga mendukung inovasi politik dan sosial, yang sangat penting bagi generasi muda.

“Jaringan kota kreatif UNESCO sekarang terhitung total 246 kota. Kota-kota yang menjadi jaringan kota kreatif UNESCO berasal dari semua benua dan wilayah dengan tingkat pendapatan dan populasi berbeda. Mereka bekerja bersama menuju misi menempatkan kreativitas dan ekonomi kreatif sebagai inti dari rencana pembangunan perkotaan perkotaan mereka untuk membuat kota-kota aman, tangguh, inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan agenda PBB 2030 untuk pembangunan berkelanjutan,” ungkap Audrey. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed