by

Kuti Kata; Bukang Orang (1 Taw. 11:1-3)

-Tajuk-371 views

AMBON,MRNews.com,- “Katong nih bukang orang, mar darah daging nih” (=kami bukan orang, melainkan darah daging sendiri). Pernyataan “bukang orang” bermaksud menegaskan hubungan “satu deng laeng” (=satu sama lainnya).

“Bukang orang” (=bukan orang lain), artinya “sakandong” (=sekandung), “sakampong” (=sekampung), “ana negri” (=anak negeri), “ade kaka” (=adik kakak). Di Maluku, kita kaya dalam konsep ini.

Orang-orang di Kepulauan Aru dengan istilah “sita jelja kaka” (=katong dua ade kaka) atau “sita eka tu” (=katong samua basudara).

Orang-orang di Kepulauan Kei mengembangkannya dalam falsafah “ain ni ain” sebagai yang menunjuk pada persekutuan yang jamak/suku bangsa, dari satu asal, seperti telur ikan, beribu-ribu butir namun dari satu asal.

Orang Buru, melalui konsep “kai-wai” (=adik kakak), sekaligus merupakan simbol keseimbangan hubungan.

Di Tanimbar ada konsep yang “amper sama deng itu” (=hampir sama dengan itu) yakni “duan-lolat”, meskipun lebih menjurus pada keluarga-keluarga yang terikat hubungan perkawinan, “mar akang su jadi tanda par masarakat luas” (=namun sudah berkembang untuk masyarakat secara luas).

“Labe jago lai orang Bula sana. Dong bilang bela. Akang mulai dari batamang biasa lalu jadi sudara, bisa jadi antar negri lai” (=lebih hebat juga orang-orang di Bula/Seram Timur.

Mereka menyebut “bela”, yang dimulai dari pertemanan orang-orang muda dan berkembang menjadi saudara, dan bisa mengikat hubungan antar negeri/kampung).

Jadi benar-benar “bukang orang”, walau “masarakat su batambong” (=masyarakat sudah sangat banyak).

“Bukang orang” itu “bukang cuma laeng kanal laeng” (=bukan sekedar saling mengenal), “mar nekat kasih hidop” (=rela memberi hidup), “kasih diri” (=memberi diri), “taru parcaya deng sungguh-sungguh” (=sungguh-sungguh mempercayai).

“Bukang orang”, jadi “mau apa tuh ambe sa, yang penting jang lupa kas’ suara” (=mau apa pun silahkan diambil asalkan jangan lupa memberitahu). Jadi sebenarnya “ambe kamuka jua seng apapa, nanti pulang baru kas’ suara” (=ambil dahulu, tidak mengapa, nanti setelah pulang baru memberi tahu).

Cara itu berkaitan dengan “ambe sudara pung apapa di dong dusung” (=mengambil milik seorang saudara di dusunnya), nanti diberitahu kemudian. “Akang pung konci tuh asal jang warmus” (=kuncinya adalah asal jangan berdampak pengrusakkan).

“Bukang orang” jadi “parcaya sa, dia pasti biking bae-bae sa” (=percaya saja, dia pasti melakukan segala yang baik).

“Dia tar kas’ susah katong” (=dia tidak akan menyusahkan kita), “tar mungkin makang untung” (=tidak mungkin mengejar keuntungan), “tar mungkin paricu” (=tidak mungkin tidak jujur), “tar mungkin karja badaki” (=tidak mungkin kerja kotor). “Dia pasti biking bae” (=dia pasti melakukan apa yang baik).

“Bukang orang” jadi “samua orang taru harap” (=semua orang menaruh harapannya). “Tagal itu musti biking bae” (=karena itu harus melakukan hal yang baik).

Har’ Lima, 10 September 2021
Salamat sombayang Jumat par basudara Salam
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Elifas Tomix Maspaitella (Eltom). (**)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed