by

Kapal Pesiar MV Boudicca Singgahi Ambon-Maluku Tanpa Sambutan

AMBON,MRNews.com,- Kapal pesiar mewah MV Boudicca yang berlayar dari Australia, memilih kota Ambon Provinsi Maluku sebagai lokasi persinggahan pertama di Indonesia, sebelum melanjutkan perjalanan ke Provinsi Bali dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (19/1/2020) pagi.

Sayangnya, kapal yang dimiliki dan dioperasikan Fred Olsen Cruise Lines asal Norwegia yang sandar di pelabuhan Yos Soedarso Ambon sekira pukul 07.00 Wit tak diberikan sambutan hangat selayaknya tuan rumah menyambut tamu berupa Welcome Speech oleh pemerintah Provinsi dan kota. Seperti ada yang berbeda dari sebelumnya ketika ada kapal pesiar.

Dimana kapten kapal, crew dan beberapa penumpang ketika turun dari kapal, ada pengalungan syal khas Ambon-Maluku, pemberian cinderamata dan Welcome Speech dari pemerintah serta respons kapten atau perwakilan crew tentang kota persinggahan mulai dari penyambutan hingga hospitality. Barulah seluruh penumpang yang ingin touring turun dan mulai menjelajah.

Namun yang terjadi, sesuai pantauan media ini, sebagian besar penumpang yang ingin touring sudah turun dari kapal, tanpa ada prosesi. Hanya disambut tarian dan tabuhan totobuang. Padahal penyambutan direncanakan di pelabuhan. Barulah beberapa menit kemudian, Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler bersama sejumlah pimpinan OPD serta tamu lainnya yang ada di ruangan VIP Pelabuhan naik ke atas kapal untuk melihat isi kapal.

“Iya, tidak ada (welcome speech dan penyambutan dibawah). Hanya pa Gubernur dan rombongan naik ke atas kapal untuk lihat isi kapal serta obrol santai dengan kapten dan awak kapal. Diatas (kapal) baru ada prosesi itu sepertinya,” ungkap pihak protokol Pemprov Maluku.

Memang terlalu seremonialistik dan sifatnya teknis. Tapi secara etis, hal itu patut menjadi perhatian serius dilakukan pemerintah apalagi Maluku termasuk juga kota Ambon sementara menggenjot pariwisata sebagai leading sektor pengembangan daerah. Agar memberi kesan positif bagi para wisatawan dan bisa berdampak langsung bagi pariwisata provinsi maupun kota secara ekonomi.

Gubernur Murad selepas turun dari kapal dan berusaha dicegat awak media pun salah satunya terkait hal itu enggan diwawancarai dan berlalu cepat menuju mobilnya. Apalagi pengawalan terhadap orang nomor satu di Maluku itu begitu ketat. Beruntung, Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler bersedia buka suara kepada wartawan.

“Ini provinsi yang take over acara, saya tidak bisa komentar. Sebetulnya bukan tidak hangat, kehangatan ada diatas kapal. Penyambutan tadi khan sebelumnya direncanakan di darat seperti biasanya. Tapi tadi diatas kapal. Kita minum teh, kopi bersama sambil ngobrol. Lebih santai gitu yah, lebih familiar. Tidak ada bedanya dengan apa yang kita lakukan selama ini, cuma lokasinya saja,” jelas Hadler.

Disinggung penyambutan di kapal terlalu eksklusif, mewah dan sifatnya terbatas, Hadler menjawab dengan diplomatis. “Kita perbaiki kedepan,” ujar dia diselingi tawa.

Senada, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Ambon Rico Hayat mengaku, prosesi penyambutan maupun welcome speech dihandle langsung oleh provinsi dalam hal ini dinas pariwisata.

“Itu dihandle provinsi. Kalau katong tadi, tidak model seperti itu. Kita langsung tidak suruh penumpang turun baru Gubernur naik dari belakang. Sebenarnya mesti buat seremoni dibawah pelabuhan dulu dan lainnya. Itu karena dikoordinir provinsi, kita back up saja. Beda memang versinya,” sebut Hayat.

Diketahui, kru kapal termasuk penumpang yang diisi wisatawan mancanegara dan domestik yang total 927 orang itu akan berada selama 10 jam. 210 wisatawan diantaranya akan ikut touring ke sejumlah spot wisata di Kota Ambon dan Maluku Tengah. Acara touring sendiri di handle EO yang dikomandoi Hellen De Lima. Sedangkan penjemputan kapal jadi tanggungjawab Itje Leatemia dari PT Inti Lines. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed