AMBON,MRNews.com,- Provinsi Maluku memiliki kekayaan sumberdaya alam melimpah. Potensi sumberdaya alam yang ada, sangat didukung dengan lingkungan yang sepadan.
Sumberdaya yang ada di darat dan di laut memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi pula. Lingkungan yang unik dan menarik ini tersebar di berbagai tempat di Maluku dengan ciri khas masing-masing.
Kali ini penulis coba mengangkat potensi pariwisata di laut yang saat ini kurang mendapat perhatian dan dapat dikatakan diabaikan.
Masyarakat lokal berupaya untuk mempromosikan potensi wisata di daerah mereka melaui media sosial namun tidak begitu viral sehingga kurang berdampak dalam menarik wisatawan. Disisi lain masih terbatasnya konektifitas ke tempat-tempat yang memiliki potensi wisata.
Sampai tahun 1980an saat penulis masih di bangku sekolah, salah satu pelajaran yang diperoleh yaitu tentang taman laut yang terindah di Indonesia adalah Banda.
Sekarang jawabannya sudah berubah, taman laut yang terindah di Indonesia adalah Wakatobi, Raja Ampat, Bunaken, dll. Saat ini Banda sudah tidak ada dalam jawabanya karena tidak masuk lagi dalam taman laut terindah di Indonesia. Kenapa terjadi demikian?.
Sampai tahun 1990an, ada program penelitian dari lembaga-lembaga riset yang banyak difokuskan di perairan Maluku termasuk di perairan kepulauan Banda karena memiliki keanekaragaman jenis biota laut cukup tinggi.
Hasil penelitiannya dipublikasikan diberbagai media nasional maupun internasional. Salah satu program kegiatan penelitian yang dilaksanakan yaitu melalui program Corremap.
Disamping nama besar Banda yang terkenal sampai manca negara, banyak ilmuan mancanegara yang datang melakukan penelitian di Banda khususnya tentang terumbu karang dan ekosistemnya. Hasil penelitian ini memberi dampak lebih baik lagi bagi wisatawan untuk berkunjung ke Banda.
Pada era tahun 1990an–2000an, penelitian dilaksanakan juga di daerah lain seperti di Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat, dll. Hasil penelitiannya diekspos di berbagai media dan forum nasional dan internasional sehingga menjadi viral. Disisi lain dukungan Pemerintah Daerah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam mendatangkan wisatawan.
Disini yang mengakibatkan pelajaran disekolah berubah, taman laut yang indah di Indonesia tidak lagi di Banda. Penulis masih yakin bahwa kualitas terumbu karang dan ekosistemnya masih baik untuk dijadikan tujuan wisata. Apalagi banyak lokasi yang belum terungkap potensi wisatanya.
Salah satu informasi yang bisa diandalkan terkait tutupan terumbu karang yang ada di perairan kepulauan Banda, dimana dibeberapa lokasi ditemukan tutupan terumbu karang sampai 100% artinya di lokasi tersebut tidak kelihatan substrat, tertutup total dengan terumbu karang.
Di daerah lain yang saat ini terkenal seperti Raja Ampat, Wakatobi, Bunaken, dll, tutupan terumbu karang berkisar antara 65-85 % saja. Sepengetahuan penulis, disamping di perairan Banda, tutupan terumbu karang 100% hanya ditemukan di Great Barrier Reef Australia. Ini bisa dijadikan satu modal utama untuk pariwisata di Maluku.
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan Pusat Penelitian Laut Dalam – LIPI (sekarang BRIN) yang merupakan kerjasama dengan Pemda Seram Bagian Timur tahun 2017-2018 ditemukan hal-hal unik yang berpotensi besar untuk dijadikan daerah tujuan wisata.
Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Keffing (di ujung Timur Pulau Seram) dimana ditemukan 4 hal unik yaitu :
* Laor (cacing Wawo) dipanen setiap bulan. Kalau di daerah lain bahkan di dunia hanya setahun sekali pada bulan April.
* Ikan Julung-Julung (Hemirhampus sp) oleh penduduk lokal dipanen tiap hari, sedangkan di perairan lain ikan Julung-Julung hanya bisa dipanen dua kali setahun. Ini yang menyebabkan daerah ini menjadi sentra priduksi ikan Julung kering Indonesia.
* Teripang (Stichopus variegatus) dipanen oleh masyarakat di Pulau Keffing setiap saat. Mereka hanya mengambil isi perut teripang ini untuk dijual dan dikonsumsi.
Setelah mereka mengambil isi perut teripang ini, teripangnya dipotong menjadi 4-5 bagian kemudian dibuang di perairan lagi. Minggu depan potongan-potongan teripang tersebut telah menjadi individu baru sehingga sediaan alam teripang di lokasi tersebut tidak pernah berkurang.
* Salah satu keunikan masyarakat di pulau Keffing yaitu menangkap ikan beronang untuk diambil telurnya untuk dikonsumsi dan dijual, tapi stok ikan beronang tidak pernah berkurang sampai saat ini.
Disamping ke-empat keunikan diatas, masih ada potensi lain yang dapat diandalkan seperti ditemukan beberapa lokasi terumbu karang yang menarik, hutan mangrove untuk eco-wisata, lokasi pemancingan, dll.
Penulis juga pernah menulis dua kali tentang potensi wisata di Nusalaut yang diekspose di Majalah Laras (2015 & 2016).
Dampaknya cukup baik, dimana wasatawan mancanegara berkunjung ke Nusalaut melalui paket wisata yang dilakukan oleh beberapa trevel agen wisata yang salah satunya Seatrack yang berbasis di Bali.
Disini cukup disayangkan karena pemerintah daerah tidak menyiapkan masyarakat untuk menyambut wisatawan. Dampak ekonomi terhadap masyarakat secara langsung tidak ada.
Sebagian kecil gambaran ini memperlihatkan bahwa potensi wisata bahari di Maluku dapat diandalkan. Dibutuhkan aparat pemerintah daerah yang memiliki kemapuan untuk membangunkan raksasa wisata kita yang sedang tidur.
Mengangkat potensi wisata kita perlu dijadikan prioritas karena disamping dapat meningkatkan PAD, secara langsung akan berdampak bagi masyarakat yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan.
Dinas Pariwisata Provinsi Maluku termasuk Dinas Pariwisata Kota Ambon beberapa waktu lalu melakukan promosi wisata Maluku di Eropa, Autralia dan New Zealand namun hasilnya tidak begitu memuaskan bahkan bisa dikatakan mengecewakan.
Sebaiknya biaya perjalanan dinas keluar negeri ini digunakan untuk hal lain yang berdampak bagi masyarakat dan membangun iklim pariwisata sendiri. Promosi ke mancanegara itu penting tapi lakukanlah secara profesional. Jangan hanya modal motivasi untuk jalan-jalan keluar negeri saja.
Penulis melihat sudah beberapa periode pemimpin daerah ini tidak serius dalam mengangkat pariwisata di Maluku. Potensi besar tapi tidak ada yang memahami bagaimana cara memanfaatkan potensi wisata untuk kemajuan Maluku.
Terlihat dalam penempatan pemimpin di Dinas Pariwisata, selama ini terkesan sebagai tempat persinggahan saja atau tempat terima kasih dari penguasa. Apakah tidak ada orang di Maluku yang memiliki kemampuan untuk mengolah dan mengangkat potensi wisata di Maluku ?
Katong perlu baku kele untuk bangunkan Raksasa Pariwisata yang Sedang Tidur.
(Rory Dompeipen)
Comment