by

BPBD Beri Sosialisasi Gempa Bagi ASN Sekretariat DPRD Maluku

AMBON,MRNews,com.- Seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Sekretariat DPRD Provinsi Maluku mengikuti sosialisasi tentang bencana alam gempabumi dan tsunami, yang digelar di ruang Komisi II DPRD Provinsi Maluku, Selasa (11/2).
Salah satu staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku, Freta Kayadoe mengaku, Provinsi Maluku sangat rentan terhadap bencana alam gempabumi dan tsunami. Biasanya, jika ada gempa bumi besar, maka akan disusul dengan tsunami.
“Pada tahun 2018 itu berjumlah 1.800, sementara pada tahun 2019 jumlahnya mendekati 3000an. Trend gempa bumi di Maluku dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan,” kata Kayadoe.
Soal banyak warga yang berprasangka jika kejadian ikan mati di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon dan Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) merupakan tanda akan ada gemabumi dibantah Kayadoe. Menurut dia, sampai saat ini tidak ada korelasi antara ikan mati dan bencana alam gempabumi.
Masih menurut Kayadoe, gempabumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempabumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Dikatakan, frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia.
“Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa,” kata Kayadoe.
Dia mengungkapkan, gempa bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9 SR, meskipun tidak ada batasan besarnya. “Gempa bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli,” tandas Kayadoe. Sementara itu, Kabag Umum Sekretariat DPRD Maluku, Fiona Syaranamual kepada media mengatakan jika sosialisasi gempa dan tsunami perlu dilakukan agar pegawai diberi pemahaman sehingga tidak menimbulkan kekuatiran dan kepanikan dikalangan pegawai.
” Sosialiasi ini dilakukan agar pegawai bisa tenang bekerja sehingga tidak menimbulkan kekuatiran yang berlebihan” tutup Syaranamual. (MR-01)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed