AMBON,MRNews.com,- Untuk kesekian kalinya Gubernur Maluku, Murad Ismail tidak berani menemui warga masyarakat Maluku dari kalangan manapun yang melakukan aksi-aksi demo di Kantor Gubernur.
Selain memang karena sejak tahun 2020 telah “berkantor” di rumah bersamaan Pandemi Covid-19, tapi dengan berbagai alasan sibuk, tidak ada di tempat atau keluar daerah. Wakil Gubernur & Sekda yang terpaksa terus pasang badan.
Terkini, hal itu dialami pemuda/i empat Negeri Gandong yakni Negeri Booi, Aboru, Kariu dan Hualoy (BAKH) yang melakukan aksi demo damai menuntut keseriusan Pemerintah Daerah (Pemda) Maluku menyelesaikan konflik kemanusiaan di Kariu Kecamatan Pulau Haruku, Rabu (9/2).
Pantauan media ini, kurang lebih satu jam orasi di pagar depan kantor Gubernur Maluku, pendemo BAKH menginginkan Gubernur Murad hadir langsung temui mereka untuk mendengar aspirasi terkait konflik kemanusiaan di Kariu.
Sayangnya, harapan bertemu orang nomor satu di Provinsi Maluku tak kesampaian. Murad tak ada di kantornya, demikian juga Wakil Gubernur Barnabas Orno. Utusan Pemda Maluku yang dikirim untuk temui pendemo pun ditolak mentah-mentah.
Sesal karena Gubernur tak berani bertemu warga Kariu dan gandongnya, mantan Dankor Brimob Polri itu pun diteriaki pengecut hingga pemimpin yang tak punya hati.
“Gubernur Maluku pengecut, Gubernur orang yang tidak punya hati” teriak pemuda/I BAKH sambil histeris memaknai kuatnya ikatan gandong empat Negeri itu.
Orator aksi, Komarudin Tubaka lantas menyebut, negara mestinya hadir memberi kontribusi dan menjamin hidup yang layak serta menjamin keamanan warga Kariu sebagai korban konflik kemanusiaan. Tapi Pemda Maluku dan Pemda Malteng seolah abai dengan kondisi Kariu saat ini.
“Kami bukan perusuh untuk datang bongkar kantor Gubernur, tapi kami datang dengan damai untuk sampaikan aspirasi dan teriakan warga Kariu di pengungsian. Sebab dua kali Kariu tinggalkan negerinya karena dibakar perusuh,” ujarnya.
Ditegaskan, penyerangan atas Kariu adalah penyerangan yang diduga terstruktur, terorganisir dan masif. Bahkan isu intoleransi pun dibangun diatas konflik Kariu. Maka pelaku pembacokan, penyerangan dan pembakaran di Kariu harus segera ditangkap.
Organisasi BAKH pun bersikap kata Tubaka, untuk menolak pengungsi Kariu direlokasi ke Aboru. Sebab mereka ada punya negeri adat sendiri. Karena itu diminta pula dalam waktu singkat, pemerintah segera pulangkan warga Kariu ke Negeri asalnya dengan jaminan keamanan.
“Pemda Maluku dan Pemda Maluku Tengah harus segera renovasi rumah-rumah warga Kariu yang terbakar. Kemudian Gubernur, TNI & Polri harus bangun pos pengamanan permanen disetiap tapal batas negeri Kariu agar damai itu indah bisa terjawab,” pungkasnya. (MR-02)
Comment