AMBON,MRNews.com,- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ambon mencatat, total hingga saat ini ada 184 Kasus HIV/AIDS di Kota Ambon sejak Januari-Agustus 2023.
Dengan klasifikasi 94 warga ber-KTP Kota Ambon yang terkategori ODHA dan 90 kasus merupakan warga dari Kabupaten/Kota lain diluar Kota Ambon dan Maluku.
“Januari-Agustus 2023, ada 184 kasus. Dengan rincian 94 by name by adreess adalah warga kota Ambon, itu diobati. Dipantau selama ini dengan minum Antiretroviral (ARV) oleh teman-teman di Dinas Kesehatan dan komunitas konseling. Obat diberi gratis, stoknya cukup,” urai Kepala Dinkes Ambon Wendy Pelupessy.
Menurutnya, Dinkes secara khusus punya tanggungjawab untuk mencari, deteksi orang-orang yang beresiko. Karena itu terhadap arga bukan KTP Ambon yang merupakan ODHA, tetap ditangani, di pantau dan obati oleh dinas dan komunitas.
Pemerintah Kota (Pemkot) tambahnya, bergerak cepat, karena itulah ditemukan kasus-kasus dalam kondisi dini untuk bisa diobati. Sehingga usia harapan hidup mereka lebih baik dan mereka bisa beraktivitas seperti orang yang sehat pada umumnya walau virus ada didalam tubuh.
“Pemkot, dalam hal ini kami Dinas Kesehatan sudah sangat maksimal menangani kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kota Ambon,” tegasnya kepada awak media di Ambon, Rabu (13/9).
Dikatakan, maksimalnya penanganan karena dilakukan secara terintegrasi dengan sistem jemput bola bersama Puskemas maupun komunitas yang memiliki klinik. Dalam upaya skrining, memantau maupun mengobati mereka yang kategori orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Pasalnya menurut Wendy, akan sangat baik jika orang-orang yang beresiko tertular HIV-AIDS bisa dideteksi banyak sehingga mudah ditangani, dan memutus rantai penyebaran sekaligus mengeliminasi fenomena gunung es terjadi.
“Oleh sebab itu menurut kami tudingan anggota DPRD yang menganggap Pemkot lamban sama sekali dalam penanganan kasus HIV/AIDS sangat keliru,” terangnya.
Lebih lanjut kata dia, yang lebih berbahaya apabila mereka yang tidak terdeteksi namun sudah terjangkit virus dengan tidak melakukan tes. Karena itu kerja kolaborasi dan edukasi oleh Pemkot dan komunitas kepada semua lapisan masyarakat terus dimasifkan.
“Semua akan kembali kepada perilaku seseorang. Jika perilaku yang salah, misalnya dengan tidak setia pada satu pasangan dan kemudian berhubungan seks tidak menggunakan kondom, akan sangat fatal. Kita pun tidak mungkin bisa kontrol 1×24 jam perilaku masyarakat, balik lagi pada kesadaran,” jelasnya.
Sementara itu Direktur Yayasan Pelangi Maluku (YPM) Rosa Pentury katakan, banyaknya orang yang skrining dan terdeteksi HIV/AIDS di Kota Ambon serta sementara jalani pengobatan, adalah suatu keberhasilan. Atas kerja kolaborasi, sinergi Pemkot dan komunitas.
“Kota Ambon menjadi kota yang bisa dikatakan mengambil peran-peran untuk penanggulangan HIV dengan cepat. Sebab satu-satunya klinik komunitas di Indonesia Timur atas rekomendasi Dinkes Kota hanya Kota Ambon di tahun 2019,” jelasnya. (MR-02)
Comment