by

32 Guru di Ambon Jadi “Trigger” Pandai Berhitung dengan Metode “Gasing”

AMBON,MRNews.com,- Sebanyak 32 guru akan menjadi peserta “trigger” atau pemicu awal kegiatan pandai berhitung metode Beta Gasing (Gampang, Asik dan Menyenangkan) kerjasama Dinas Pendidikan Kota Ambon dan Surya Institute (Prof. Yohanes Surya).

Penjabat Walikota Ambon Bodewin Wattimena katakan, mereka ini yang akan nanti menerapkan metode gasing kepada seluruh guru dan siswa-siswi di Kota Ambon.

“Pada waktu tertentu saya akan turun ke sekolah untuk tanya bagaimana penerapannya dan mencoba anak-anak untuk menghitung. Kalau ada siswa yang tidak bisa jawab dengan cepat itu kesalahan dari guru,” jelasnya saat pencanangan di SMP 6 Ambon, Sabtu (3/6/23).

Dirinya berharap metode Gasing akan menjadi prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon untuk meningkatkan pendidikan Kota Ambon.

“Ini merupakan kegiatan yang sangat luar biasa, sebab akan berdampak kepada pendidikan di Kota Ambon,” tandasnya.

Dunia pendidikan kata dia, memiliki peran penting dalam menentukan perkembangan kemajuan sebuah bangsa karena hanya negara yang masyarakatnya pandai dan cerdas yang akan bisa bersaing dalam berbagai bidang.

“Sebab itu, dunia pendidikan terus berupaya mengembangkan metode dan cara baru yang dimaksudkan untuk lebih modern dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswi. Jadi ini semata-mata untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan itu sendiri,” jelasnya.

Ditegaskan, ada keinginan besar dari Pemkot Ambon untuk peningkatan moderasi di Kota Ambon karena metode gasing ini banyak berdampak bagi siswa-siswi.

“Jadi siswa-siswi tidak hanya saja pandai berhitung tapi merangsang dan otak anak-anak ini semakin cepat dalam berpikir. Ini menjadi modal bagi kita saat mereka sudah ada di level seperti kita, mereka akan menjadi generasi muda yang dipersiapkan agar mereka bisa cerdas dalam berpikir,” ujarnya.

Sebenarnya lebih lanjut tambah Wattimena, metode gasing sudah pernah diterapkan di kota Ambon, namun tidak terlalu berdampak sehingga hanya berjalan sehari atau dua hari.

“Maka dari itu, terus dilakukan perbaikan dan mencari cara yang tepat sehingga diharapkan anak-anak bisa memahaminya,” kunci Wattimena. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed