by

Tingginya Kasus Meninggal & Positivity Rate, Alasan Ambon Balik Zona Merah

AMBON,MRNews.com,- Kota Ambon sejak Kamis (6/8) telah kembali masuk ke zona merah kasus COVID-19 oleh Satgas COVID-19 nasional. Ada sejumlah alasan dan dasar sehingga hal itu bisa terjadi.

Menurut kepala dinas kesehatan kota Ambon Wendy Pelupessy, trend kasus konfirmasi dalam perawatan, sembuh dan meninggal sempat turun ke bawah tapi sekarang naik di periode 26 Juli- 2 Agustus dengan 270 kasus, 565 dan 19 kasus.

Artinya dengan grafik ini menunjukkan kota Ambon dalam perawatan dan sembuh juga naik secara kumulatif walau mungkin tidak sebanding dengan minggu-minggu sebelumnya yang memang angka kesembuhan cukup tinggi dan sekarang kasus terkonfirmasi positif cukup naik.

“Angka dalam perawatan sempat turun di PSBB I dan II tetapi di PSBB transisi naik. Ini menunjukkan bahwa Covid-19 identik dengan pergerakan orang. Jadi dimana banyak terjadi pergerakan, otomatis transmisi lokal akan laju dengan cepat, otomatis kasus konfirmasi akan naik. Ini masalah,” tukas Wendy di Balaikota, Jumat (7/8).

Menurut Wendy, di PSBB tahap I dan II begitu pengetatan dimana-mana yang membuat kota Ambon bisa turun ke zona orange bahkan rasio pernah mencapai 2,03, dengan syarat masuk zona orange 1,8 dan zona kuning 2,5. Waktu itu ada di 1,89 dan sangat riskan karena pergerakan sedikit bisa turun 0,1 dan masuk kembali ke zona merah.

Soal angka kematian juga kata Wendy, yang mempengaruhi Ambon punya skors secara nasional sebab sangat tinggi, walau masih dibawah angka kematian secara nasional tapi naik dari 1,4 ke 2,2 dan ini tidak sesuai tiga arahan Presiden untuk menekan semaksimal mungkin angka kematian.

“Memang angka kesembuhan kita sudah diatas angka nasional 66,2 persen dari 47 persen. Tapi kita punya kasus konfirmasi masih tinggi, konfirmasi harian naik. Padahal sempat turun di 26 Juli tapi naik kembali. Ini juga terkait hasil lab yang kadang beberapa hari baru keluar dan akumulasi dari beberapa hari hasil pemeriksaan,” bebernya.

Tercatat juga yang mempengaruhi perpindahan ke zona merah karena positif rate atau rasio antara jumlah orang yang mendapat hasil hasil positif lewat tes corona dengan total jumlah tes meningkat dari biasanya hanya 1 hari positif rate dibawah 20, dimasa PSBB bahkan ada cuma 8, 6 kasus sekarang naik diatas 20 kasus, 26 atau 30 lebih.

Termasuk berpengaruh karena tingginya pelacakan 1 per 1000 per penduduk dan Swab tes, yang otomatis banyak kasus positif didapat. Artinya, dalam seminggu jika mau mendapat target, untuk bisa menghitung positif rate misalnya dari 10 orang yang diperiksa dan 5 positif berarti 5 persen angka positif rate.

“Ini yang berpengaruh ditiga komponen yang disyaratkan. Kita punya 424 positif rate, belum seminggu, sisa tiga hari. 424 itu sudah lebihi target 1/1000 penduduk. Penduduk kita 382 ribu berarti 382 orang harus didapat per minggu. Artinya akan ada lagi lebih pasien yang kita harus Swab. Katong Swab per minggu diangka 70 persen,” jelasnya.

Terhadap alasan-alasan itu, dirinya berharap semua pihak bisa mengontrol pergerakan dan paling penting protokol kesehatan. Kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan masih kurang. Jika dilihat, mereka pakai masker dan sebagainya bukan karena kesadaran tetapi ketakutan pada petugas.

Padahal tambah Wendy, untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 hanya dengan penerapan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, tidak ada yang lain. Karena lalainya protokol kesehatan membuat Presiden Joko Widodo harus mengeluarkan Inpres nomor 6/2020 4 Agustus kemarin.

“Lebih baik katong dapat kasus positif sebanyaknya dengan kondisi OTG sehingga mereka bisa masuk isolasi agar tidak dikondisi kritis, tak seperti kasus meninggal terakhir. Maka dihimbau masyarakat jika ada gejala ringan segera ke Faskes agar bisa tertolong guna tidak terjadi kematian yang bisa berpengaruh pada skors nasional,” tutupnya. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed