AMBON,MRNews.com,- Namanya Desianus Orno. Akrab disapa Odie. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya bernama Mathias Orno, Ibunya bernama Maryana Udimera. Ia mempunyai 8 orang saudara kandung. 5 laki-laki, 3 perempuan.
Dimata saudara-saudarinya, Ia dianggap sebagai sosok yang bersahaja, lemah lembut, mudah berbagi, rendah hati dan mendengar curahan hati saudara-saudaranya.
Ia menamatkan pendidikan dasar pada SD Kristen YPPK Letoda. Lelaki kelahiran Letoda ini, sempat terpikir bahwa Ia tidak bisa lanjut ke SMP karena saat itu ia punya masalah dengan kesehatan (sakit mata).
Oleh karena sakitnya itu, kakek dan neneknya tidak merestuinya untuk tidak ikut orang tua pindah ke Ambon. Kakek dan neneknya beralasan karena Ia sakit jadi tinggal saja di Letoda bersama mereka.
Namun melalui musyawarah dalam keluarga akhirnya kakek dan nenek menyetujuinya ikut bersama orang tuanya ke Ambon. Tiba di Ambon, Ia sempat melewati beberapa pemeriksaan tapi tidak ada penyakit meski matanya waktu itu sakit sekali. Rasanya tidak bisa ke Sekolah.
Sejak tiba di Ambon, lelaki tampan yang “doyan” atau suka makan Sus Korna (makanan khas pulau Lakor) ini agak sedikit shock karena menikmati suasana yang sangat baru. Sesuatu yang sangat mengejutkan. Berasal dari kampung dan baru pertama kali menginjakkan kaki ditanah rantau.
Waktu itu orang tuanya membelikan rumah agar Ia dan saudara-saudaranya tinggal sama-sama. Ia tinggal bersama kakaknya, Barnabas Orno yang akrab disapa Bu Abas, mantan Bupati Maluku Barat Daya dua periode yang kini Wakil Gubernur Maluku.
Masa-masa itu, Ia benar-benar merasa hidup itu susah sekali. Dengan kondisi serba kekurangan, Ia bersama saudaranya selalu berharap ada kiriman dari keluarga di kampong halaman. Ia melanjutkan studi di SMP Kristen Ambon. Dengan tidak malu-malu, Ia dengan jujur mengatakan sempat tidak naik kelas. Empat tahun baru bisa tamat SMP.
Setelah tamat, Ia kemudian lanjut di SMA Kristen Urimessing Ambon. Karena pergaulan dan kenakalan remaja pada masa itu, membuat Ia kemudian putus sekolah. Karena putus sekolah Ia memilih pindah ke Papua tanpa surat pindah sekolah.
Waktu itu niatnya hanya mau jalan-jalan ke Papua. Menurutnya, tidak ada niat untuk sekolah sama sekali. Tetapi setelah sampai disana, Ia bergabung dalam pelayanan gereja sehingga lama-lama ada hasrat untuk lanjut sekolah muncul dalam dirinya.
Tanpa surat apapun ia kemudian sekolah dan nanti belakangan baru urus surat-surat pindah sekolah. Disana Ia melanjutkan sekolah di Nabire-Papua sampai tamat. Setelah tamat dari SMA Nabire, Ia sempat nganggur dua tahun. Ia memilih untuk mengisi masa-masa nganggur dengan cara aktif dalam pelayanan gereja. Ia ikut dalam pelayanan penginjilan.
Baginya, keterlibatan pelayanan dengan main musik di gereja adalah menyenangkan, terlibat dalam pelayanan pemuda, juga terlibat di penginjilan sampai pindah dari Papua adalah suatu kesempatan melayani Tuhan yang sungguh luar biasa. Ia senang terlibat dalam paduan suara dan pelayanan untuk gereja.
Dari pelayanan itu, pada tahun ketiga setelah nganggur ada informasi tes UMPTN. Ia pun berketetapan hati untuk ikut tes. Puji Tuhan, Ia lulus dan pergi ke Jayapura untuk berkuliah di Universitas Cenderawasih Jurusan Antropologi. Setelah lulus di Universitas Cenderawasih, Ia sempat berkerja di beberapa Yayasan Kristen. Tidak lama kemudian menjadi pegawai negeri. Kemudian ada kesempatan studi Magister di Makassar.
Pria asal Mrenu Lakru ini mendapat biaya tugas belajar dari pemerintah daerah Papua melalui Kabupaten Yahukimo. Meski demikian ia mengakui bahwa studi S2 yang dijalani baru bisa selesai setelah pindah ke Maluku Barat Daya (tanah tumpah darah).
Tentang jenjang kariernya, Ia benar-benar bersyukur sekali. Karena jenjang kariernya tidak pernah menduga-duga. Ia hidup di tengah-tengah masyarakat Papua yang ada dalam dikotomi “pendatang” dan “asli putra daerah. Tetapi jenjang kariernya sangat bagus. Ia menjadi pegawai negeri sipil itupun diminta oleh Bupati, Sekda disana. Mereka yang mengurus segala surat-surat sampai ikut tes pegawai negeri.
Setelah lulus pegawai negeri Ia menjadi sosok yang direbutkan. Ada yang menawarkannya masuk dan bekerja di Bappeda, ada yang memintanya di bidang keuangan. Ia tak mengerti apa yang membuat mereka merebutkan dirinya. Mungkin baginya karena mereka tahu Ia lama bekerja di Yayasan Kristen. Akhirnya ia ditempatkan dibagian keuangan.
Tidak terlalu lama ketika pangkatnya sudah memenuhi syarat ia langsung dilantik menjadi pejabat eselon IVa. Satu tahun kemudian kariernya melompat naik menjadi pejabat esalon IIIa sebagai salah satu kepala bagian. Sebenarnya pangkatnya tidak memenuhi syarat namun karena kebutuhan ia langsung menduduki salah satu jabatan kepala bidang.
Pada lingkup pemerintahan disana, tiga kali ia dirolling menjadi kepala bagian. Pertama kepala bagian asset daerah, kepala bagian administrasi pembangunan, setelah itu kepala bagian hukum. Kemudian ia dipromosi menjadi kepala dinas pertambangan dan energi. Pada waktu pelantikan, ia sempat didemo karena dinilai seorang pendatang yang kariernya lebih cepat naik sementara putra asli tidak demikian cepat dipromosikan.
Sampai akhirnya ia memilih pindah ke Maluku Barat Daya (MBD). Di MBD, Ia diberi kepercayaan menakhodai dinas perhubungan, tidak lama kemudian menjabat kepala Bappeda, hingga kepala dinas pendidikan dan akhirnya sebagai staf ahli dilingkup sekretariat daerah Kabupaten MBD. Suatu perjalanan karier yang tak putus-putusnya ia dan keluarga syukuri.
Dari perjalanan pendidikan dan kariernya ini, Ia maknai sebagai perjalanan iman (faith of journey). Sama seperti kesaksian Rasul Paulus Ia mau hidupnya selalu menjadi saksi bahwa hidup itu adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Karena itu, selama hidup ini ia mau bekerja dan berkarya.
Kalau diberi tanggungjawab baginya harus kerja dan kerja sebagaimana kita kerja untuk Kristus. Soal uang pasti akan muncul dengan sendirinya. Soal karier dan masa depan akan dekat dengan kita. Ia tidak pernah berpikir bahwa Ia harus jadi apa dan nanti jadi apa. Tetapi jalan Tuhan itu selalu terbuka. Ia sungguh percaya bahwa Tuhan itu memang sangat baik.
Ia selalu mengajarkan istri dan anak-anak bahwa hidup ini adalah Kristus dan mati itu keuntungan. Karena hidup itu untuk Kristus maka hidup itu harus jadi saksi kebaikan. Dimana saja kita berada berkarya kita harus berusaha tidak mempermalukan Kristus lewat tutur dan tindakan kita. Jadi baginya, kami tidak pernah takut tentang masa depan karena kami yakin bahwa Tuhan sudah menyediakannya.
Visi kehidupan sosok yang suka makan sayur daun papaya campur daun singkong ini adalah dimana pun kami berada harus bisa mewujudkan Syaloom Allah. Dengan cara sekecil apapun kami harus menghadirkan Syaloom Allah. Kami tidak mau oleh karena kehadiran kami orang lain merasa terusik dan tidak nyaman.
Justru sebaliknya kami mau supaya dimanapun kami berada orang merasa damai. Kami ingin kehadiran kami dimana saja harus jadi berkat. Karena itu kami ingin terus berbuat sesuatu yang bermanfaat dan berarti.
Sosok Pak Odie, demikian Ia disapa, sering dipercayakan memikul tanggungjawab pelayanan di Gereja seperti event Pesparawi tingkat kabupaten sebagai ketua LPPD, ketua panitia Bakudapa anak remaja tingkat Sinode tahun 2018. Ia ingin agar kehadirannya bersama dimana saja khususnya dalam gereja harus membawa berkat. Karena itu, yang lebih tahu tentang dirinya adalah Tuhan.
Ada banyak hal yang kita tidak tahu, Tuhanlah yang lebih tahu apakah Ia layak atau tidak menjadi seorang pemimpin. Ia tidak bisa bilang bahwa Ia harus jadi bupati, wakil bupati atau harus jadi ketua DPRD tetapi semuanya Tuhan yang tahu dan menyediakannya.
Ia susah untuk membayangkannya. Kalau Tuhan berkehendak kita tidak bisa menolak yang penting tujuannya adalah hanya untuk mau menjadi berkat. Kalau tidak juga, bagi pria yang suka dengan musik ini merasa cukup puasa dengan apa yang ada dan tetap bersyukur dengan apa yang ada.
Sosok yang bersahaja ini, memiliki rasa cinta yang mendalam kepada keluarga. Tertulis dalam loh hatinya : didalam keluarga istri itu penolong. Karena itu maka ia harus memberi penghargaan yang besar kepadanya. Apalagi istrinya bukan orang MBD tapi mau mengikutnya dan datang ke MBD meninggalkan orang tua, semua kenyamanannya disana. Ia semakin menghargai istrinya karena Ia tahu dialah pemberian Tuhan kepadanya.
Dengan nada sedikit bernostalgia, Ia bercerita dulu punya banyak pacar. Dari segi fisik pacarnya ada yang lebih cantik dari istrinya tetapi menurutnya belum tentu mereka bisa menjadi penolong sepadan seperti istrinya yang kini dikaruniai dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Sosok ayah bagi tiga orang anak ini memiliki sifat pengasih dan penyayang.
Ia menyadari sungguh bahwa anak adalah pemberian Tuhan, karenanya anak harus dikasihi dan disayangi. Ia dan istrinya berulang kali membaca dan mengimani firman Tuhan dalam Matius 18:6 yang berkata : “Tetapi barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikat pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
Ia sungguh percaya bahwa anak-anaknya adalah pemberian Tuhan yang terindah. Anak-anak hanya titipan Tuhan. Sebagai orang tua harus bertanggung jawab membesarkan, menjaga, mengasihi serta membimbing agar anak-anak semakin mengenal siapa Tuhan dalam hidup mereka dan terus memuliakan Tuhan.
Sebagai manusia, sosok yang kini mencalonkan diri menjadi calon wakil bupati Maluku Barat Daya periode 2020-2025 ini mempunyai prinsip hidup. Hal prinsip yang paling tidak disukai adalah orang yang lebih banyak menunjukkan “ke-aku-annya” atau lebih banyak menonjolkan “beta-beta”nya.
Selain itu, Ia dan istri tidak suka orang tidak jujur, karena mereka ingin sesuatu yang terbuka dan terus terang. Kalau Ia dan istri sudah satu kali ditipu sampai seterusnya mereka tidak akan percaya lagi. Sebab terkadang orang yang sudah dianggap baik dengan kita tetapi ternyata membalas dengan sesuatu yang tidak baik. Yang terpenting kita harus bersama membangun relasi kemanusiaan yang tulus. (Pdt Alberth Efraim Kofit)
Comment