by

Maluku Rawan Tsunami, Masyarakat Dituntut Harus Evakuasi Mandiri

-Maluku-3,950 views

AMBON,MRNews.com,- Masyarakat Provinsi Maluku dituntut mampu melakukan evakuasi mandiri saat bencana gempa dan tsunami. Pasalnya, sejumlah skenario pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perkiraan waktu tiba tsunami di pantai diperkirakan sangat cepat, kurang dari lima menit setelah terjadi gempa.

“Golden time yang dimiliki untuk evakuasi sangat sempit, bahkan ada wilayah yang diperkirakan kurang dari dua menit tsunami telah datang,” ungkap Kepala BMKG saat membuka Sekolah Lapang Geofisika (SLG) Dwikorita Karnawati di The Natsepa Hotel and Resort, Kabupaten Maluku Tengah, Senin (25/3/19) dalam rilisnya yang diterima media ini, Selasa (26/3/19).

Oleh karena itu, kata dia, upaya satu-satunya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan evakuasi secara mandiri. Dwikorita meminta masyarakat untuk tidak menunggu peringatan dini dari BMKG maupun pemerintah daerah setempat lantaran hanya akan mengurangi golden time yang sudah sedemikian sempit. Waktu dikeluarkannya peringatan dini sekitar 5 menit, sementara golden time yang dimiliki kurang dari 5 menit.

“Jadi apabila saat di pantai atau dekat laut masyarakat merasakan gempa kuat, segera saja lari menuju tempat-tempat yang tinggi. Bisa perbukitan maupun gedung-gedung tinggi yang kokoh. Sangat berisiko jika masyarakat yang bermukim di wilayah pantai hanya mengandalkan sistem peringatan dini tsunami,” imbuhnya.

Dwikorita menerangkan, di Maluku sedikitnya terdapat lima zona sumber gempabumi tektonik yang dapat membangkitkan tsunami yaitu Zona Subduksi Lempeng Laut Maluku, Zona Subduksi Utara Seram. Zona Sesar Naik Selatan Seram, Zona Subduksi Banda dan Weber Deep, dan Zona Greben Aru. Sementara penyebab tsunami di Maluku, tidak hanya dipicu oleh gempa bumi tektonik saja, namun juga erupsi gunung api dan longsoran bawah laut.

Provinsi Maluku, lanjut Dwikorita, memiliki sejarah cukup panjang dalam hal tsunami. Di wilayah Ambon saja sedikitnya telah terjadi lebih dari 50 kali tsunami dalam berbagai intensitas dan penyebabnya. Salah satu tsunami besar yang tercatat yakni yang terjadi pada tahun 1674 yang menewaskan 2.322 orang di Ambon dan Seram. Tinggi gelombang tsunami yang menerjang saat itu diperkirakan mencapai 80 meter.

“Apakah tsunami harus dibangkitkan oleh gempa kuat ? Tidak. Tsunami yang terjadi di Selat Sunda beberapa waktu lalu, juga bisa terjadi di Maluku. Tsunami Selat Sunda itu tidak diawali dengan gempa kuat atau gempa tektonik . Begitu juga dengan tsunami yang terjadi di Palu merupakan tsunami cepat, yang datang lebih cepat dari peringatan dini yang diberikan,” imbuhnya.

Untuk melakukan evakuasi mandiri, tambah Dwikorita, masyarakat harus terus berlatih dan memahami jalur-jalur evakuasi yang bisa dilalui saat terjadi tsunami. Dengan demikian diharapkan jumlah korban akibat tsunami yang mengancam dapat lebih diminimalisir. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed