by

Kuti Kata; Kasih Sa (Mat. 6:1-4)

-Tajuk-298 views

AMBON,MRNews.com,- Kumpulan pengajaran hidup yang “orangtotua su tanang” (=ditanamkan orangtua) “akang jua ajar par barbage” (=juga mengajari hal saling berbagi).

Namun ajarang tentang “kasih sa” (=berilah) bukan sekedar “barbage” (=berbagi), karena “ada labe” (=ada kelebihan), melainkan “kasih sa” (=berilah), “jang taku kata abis ka katong tar makang” (=jangan takut milik kita habis atau kita tidak akan bisa makan lagi), “kasih sa dari apa yang ada” (=berilah dari apa yang ada padamu).

Kita diajari bukan bahwa “nanti abis” (=nanti habis), melainkan “taunya ada sa” (=tetap ada saja).

“Jadi kalu ada basudara pung parlu, kasih sa” (=jadi jika ada saudara yang memerlukan sesuatu, berilah). “Katong pung masih ada” (=apa yang jadi milik kita masih ada).

Sebab itu, misalnya seorang saudara harus ditolong dengan memberi kepadanya “kasbi sa isi” (=seisi ubi kayu), biasanya kita menganjurkan:

Satu, “mari ambe kasbi sa isi” (=mari ambil seisi ubi kayu). Anjuran ini berarti “kasbi tuh su ada di dapor” (=ubi kayu itu sudah ada di dapur).

“Jadi mari ambe” (=jadi anjuran mari untuk mengambilnya) bermakna “maso ka dapor la ambe” (=masuk ke dapur untuk mengambil).

Dalam hal ini “mau sambunyi par apa, kalu ada tuh ambe, nanti kalu seng ada, lia jua apa yang ada” (=apa gunanya disembunyikan, kalau ada silahkan ambil, jika tidak ada silahkan lihat apa yang ada dan bisa diambil).

Jadi “mari ambe” (=marilah untuk mengambil) menunjukkan pada “seng sambunyi apapa” (=tidak menyembunyikan apa pun).

Dua, “mari katong pi kabong la gale jua” (=mari kita ke kebun lalu silahkan diambil/digali).

Artinya “seng ada di dapor lai” (=tidak ada lagi di dapur) “mar seng boleh kas tinggal sudara suara jatuh tanah ka bale deng kaki tangang ampa” (=tetapi tidak boleh membiarkan permohonan saudara itu sia-sia atau kembali pulang dengan tangan kosong/tidak membawa apa pun).

Jadi “mari katong pi ka kabong” (=mari kita pergi ke kebun) adalah ajakan langsung supaya “bisa ambe turut parlu” (=bisa mengambil seturut keperluan).

Dua hal itu penting dan dari situ biasanya “katong su tau sapa-sapa yang kurang” (=kita sudah mengetahui siapa yang berkekurangan).

Karena itu ada tindakan spontan dan “seng putus-putus” (=tidak terhenti~ menunjukkan pada perbuatan yang berkelanjutan) yaitu “pi antar lakas” (=segera diantar). Ini dilakukan dengan “kase par balu deng piatu” (=memberi kepada janda dan anak yatim piatu).

Tindakan ini ada aturan kecilnya, yaitu “antar lakas jang matahari maso” (=segeralah diantar sebelum matahari terbenam), atau “pi capat jang ayang nai pohong” (=pergilah lekas sebelum ayam naik ke pohon untuk tidur), sebab “balu deng piatu.

“tempo-tempo pas ayang nai pohong lai su maso dari dapor” (=janda dan anak yatim-piatu sudah beranjak dari dapur saat ayam pergi tidur), dan “dong tidor pikir eso makang apa” (=mereka tidur sambil berpikir besok makan apa).

“Jadi pi capat” (=cepatlah pergi) tujuannya “supaya dong tidor sono” (=mereka bisa tidur pulas).

Malah adakalanya “pi capat” itu karena “dari pagi dong dapor sondor asap, jadi capat, mangkali dong bisa kampong api lakas-lakas par makang malang” (=sejak pagi dapurnya tidak berasap jadi cepatlah, mungkin mereka bisa segera memasak untuk makan malam).

Mengenai tindakan terakhir ini pun ada aturannya: “pi bajalang blakang” (=pergi melalui jalan belakang). “Jadi maso dapor” (=masuk dari dapur), dan “biar orang seng tau/lia” (=agar tidak diketahui/dilihat orang lain).

Adakalanya pemberian seperti ini pun “tutu deng kaeng” (=diantar sambil ditutupi dengan kain), atau “antar tado-tado” (=diantar secara diam-diam).

Lalu jika “su kase” (=sudah memberi) “tado-tado sa jang pi riwayat akang par orang” (=diam-diamlah jangan menceritakan untuk diketahui orang lain).

Kemudian “jang par skali sa, kalu ada tuh kase” (=jangan hanya sekali, jika ada, berilah). “Jang par makang puji ka tuntut balas” (=jangan untuk pujian atau imbalan).

“Kase par oras nih, eso lai su ada” (=kita memberi saat ini, besok bagian kita pun tersedia). Jadi “kase sa” (=berilah) dan “jang par skali sa” (=jangan sekali saja). “Jang taku kurang ka abis” (=jangan takut berkekurangan atau habis).

Har’ Ampa, 2 September 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Elifas Tomix Maspaitella (Eltom). (**)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed