AMBON,MRNews.com,- Acara Adat Cuci Negeri Soya, merupakan mozaik budaya Negeri dibawah kaki Gunung Sirimau Kota Ambon itu yang masih terjaga sejak dulu hingga saat ini dan diharapkan terus dilestarikan ke anak cucu.
Setelah beberapa hari sebelumnya anak Negeri Soya melakukan pembersihan lingkungan Negeri, dilakukan upacara Adat Cuci Negeri Soya yang dipimpin Jou Manihitu, Tom Tamtelahitu mewakili Upulatu Negeri Soya berlangsung di Baileo Samasuru-Negeri Soya, Jumat (9/12).
Cuci Negeri Soya setiap tahunnya dilaksanakan pada minggu kedua bulan Desember atau bertepatan Minggu Adventus Natal dengan serangkaian acara adat diantaranya Pembersihan Negeri, Naik ke Gunung Sirimau, Upacara Adat Cuci Negeri, Cuci Air (Wai Werhalouw dan Unuwei) dan Masuk Kain Gandong.
Jou Manihitu dalam petuahnya katakan, Adat Cuci Negeri merupakan Tradisi Masyarakat Negeri Soya yang harus terus dilestarikan. Merupakan tradisi yang sudah berlangsung dari tempo dulu hingga kini dan kepada generasi berikutnya.
“Acara adat ini kebanggaan negeri Soya. Maka tahun 2015 ini ditetapkan jadi warisan budaya Tak Benda Indonesia dan Upulatu Soya sementara terima award Anugerah Kebudayaan Indonesia itu dari Kemendikbud. Katong bangga. Adat cuci negeri ini harus terus diwarisi ke anak cucu, tidak boleh sampai disini. Ini adat yang mempersatukan katong,” sebutnya.
Makna upacara Cuci Negeri ini selain untuk membersihkan Negeri kata Jou Manihitu, juga berarti menyucikan diri dari perasaan perseteruan, kedengkian, curiga-mencurigai (Simbolnya pada : turun mencuci tangan, kaki, dan muka di air Wai Werhalouw dan Unuwei).
Sehingga, pada Acara Cuci Negeri tersebut, Upulatu Soya kata Jou Manihitu juga meminta kepada masyarakat Negeri Soya untuk membersihkan hati dalam membangun Negeri apalagi akan memasuki hari Natal.
“Bersihkan hati, jalan dengan lurus untuk memutuskan segala sesuatu yang baik demi membangun Negeri ini kedepan. Laeng sayang laeng, laeng mengasihi laeng karena katong satu. Katong bersyukur, keberadaan pa Sekkot Ambon bersama di momen istimewa ini selaku anak Negeri Soya jadi kekuatan untuk terus melindungi dan mempermudah katong par bangun negeri,” ungkap Jou Manihitu.
Sementara, Ketua Majelis Jemaat GPM Soya, Pendeta Wem Ayal akui, tradisi adat Cuci Negeri Soya yang sudah berlangsung sejak dulu ini menunjukkan hubungan anak negeri dengan Tuhan, alam dan sesama manusia. Yang maknanya tidak saja bersih lingkungan, negeri tapi bersih hati, hidup, diri yang adalah bagian dari iman.
“Warisan budaya ini harus terus dilestarikan hingga ke anak cucu. Karena merupakan kebanggaan Negeri Soya di Kota Ambon. Ini budaya dan sarana mempersatukan kita sebagai anak Negeri. Pemkot Ambon agar pula bisa promosikan mozaik budaya ini ke luar selaku satu daya tarik yang bisa ada nilai ekonomis ke masyarakat Soya,” harapnya.
Acara adat Cuci Negeri Soya terasa istimewa tahun ini karena diikuti Sekretaris Kota (Sekkot) Ambon Agus Ririmasse yang adalah anak Negeri Soya dari Teung Saumulu bersama Ketua DWP Kota Ambon, ibu Hanny Ririmasse.
“Saya bersyukur untuk pertama kali sebagai anak Negeri yang bertahun-tahun bekerja di Kota Kupang NTT, kembali ke Ambon dan bisa ikut acara adat Cuci Negeri Soya. Jadi kebanggaan tersendiri. Jaga dan lestarikan ini adat untuk anak cucu, menjadi wadah mempersatukan anak cucu di Negeri Soya, tidak boleh dilupakan,” harap Ririmasse. (MR-02)
Comment