by

JANGAN LAGI ADA POTRET ORANG-ORANG KALAH

-Kab.Buru-310 views

(Dari Sidang ke-36 Klasis GPM Buru Utara – 1)

Catatan : Sekretaris Umum MPH Sinode GPM Pendeta Elifas Tomix Maspaitella

AMBON,MRNews.com,- Pulau Buru adalah pulau sejuta pesona, sejuta potensi kekayaan alam, dan sejuta keindahan persaudaraan dalam bingkai kai-wait; suatu jalinan persaudaraan yang terjalin secara mutual dengan menghidupi perbedaan sosial secara nyata.

Pulau Buru adalah pulau multi-bangsa. Bangsa dalam realitas Buru adalah kelompok marga yang terbingkai dalam satu kelompok genealogis. Bangsa dalam potret sosial masyarakat Buru adalah suatu ikatan sosio-genealogis. Bangsa-bangsa itu terikat dalam identitas bersama sebagai “orang Buru”, dengan tidak menegasikan perbedaan di antara mereka.

Sebagai contoh, di Wasbaka, terdapat 240-an kepala keluarga, 1000-an lebih jiwa (informasi Pejabat Kepala Desa Wasbaka, Bpk. Christian Tasidjawa). Menurutnya, Wasbaka ini Indonesia mini yang nyata karena hidup bersama Orang Buru yang beragama Hindu-Buru, Protestan (GPM dan GSJA), Katolik dan Islam.

Mereka semua adalah komunitas asli Buru (pada umumnya), dan terikat dalam satu sistem adat dan dipimpin oleh tokoh-tokoh adat (yang berbeda agamanya).

Buru, dahulu, mungkin dihidupi oleh orang-orang kalah, namun mereka dikalahkan oleh tekanan struktural yang tinggi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di masa lampau terlalu banyak proyek yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat.

Potensi kekayaan alam yang beragam di sini dibiarkan terbenam dan tanpa nilai, sebab pengusaha hanya mengejar kayu berkelas, lalu tidak berkontribusi bagi perekonomian rakyat. Hasilnya ialah akses transportasi menjadi sulit, percepatan ekonomi pun terkendala.

Itu dahulu. Sebab Buru telah banyak dibenahi, atau terus dibenahi. Orang Buru sudah bisa menjual hasil kebun, hasil berburu dan perikanan, walau masih harus terus dipacu untuk berkembang.

Kawasan pegunungan sudah mudah dijangkau, mobilisasi masyarakat berlangsung secara cepat, termasuk proses-proses pembauran sosial, yang bisa turut menggerakkan kemajuan daerah.

Memang! Buru adalah juga pulau yang masih dihantui pencemaran air dan tanah akibat penggunaan mercury dalam pertambangan di Gunung Botak.

Memang! Hutan di Buru sudah sulit menjumpai pohon meranti yang tinggi dan besar.

Memang! Pendidikan di Buru terus dipacu bahkan sampai Perguruan Tinggi, walau di sekolah Dasar – Menengah masih kesulitan tenaga guru dan sarana prasarana penunjang pembelajaran.

Memang! Pendapatan ekonomi rumah tangga masih harus dipacu dengan jalan memperkuat pemberdayaan ekonomi pada sektor perkebunan, perikanan dan kelautan yang dikelolah oleh masyarakat/keluarga.

Memang! Persaudaraan Kai-Wait telah membingkai relasi antarorang Buru yang berbeda agama, sehingga Buru menjadi salah satu laboratorium pembinaan perdamaian antaragama.

Karena itu, di Buru sudah tidak boleh ada lagi orang-orang kalah. Orang Buru tidak boleh membiarkan diri terus dikalahkan oleh tekanan struktural, melainkan berjuang dengan menghidupkan diri melalui sejuta kekayaan yang ada di perut Bumi Bipolo.

Jangan juga mau dikalahkan oleh Covid-19, sebab itu tingkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat. (**)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed