AMBON,MRNews.com,- Pernyataan “sesumbar” Ketua DPD PDI Perjuangan Maluku Murad Ismail bahwa partainya target dua dari empat kursi DPR-RI dapil Maluku pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 mendatang dinilai sulit terwujud.
Pengamat politik dari Parameter Research Konsultindo, Edison Lapalelo menilai, statemen Murad itu hanya dilihat sebagai stimulus atau spirit bagi kader. Sebab fakta hari ini Maluku hanya punya kuota 4 kursi ke Senayan, beda jauh dengan Sumatera, Kalimantan apalagi Jawa yang realistis jika pasang target itu karena jumlah pemilih dan dapil banyak.
“Kalau katong lihat hasil Pileg 2019, PDIP memang kantongi suara partai 197.648, disusul NasDem 118.307 suara, PKS 97.765 suara dan Gerindra 94.298 suara. Ini kan orang akan bertanya-tanya, bisa jadi tidak dua kursi PDIP di 2024,” jelas Lapalelo saat dihubungi media ini, Rabu (29/3).
Dikatakan, jika melihat angka-angka itu dan sebaran suara, apalagi ditambah banyak partai nanti yang miliki varian personal, dengan jumlah penduduk 1,2 juta sekian, secara rasional target itu akan sulit tercapai.
Karena di Maluku dibanding Provinsi lain, belajar dari pengalaman membaca data pemilih setiap Pemilu, bahwa psikologis pemilih dan sebaran pilihan sudah bisa tergambar. Dimana sentimen pemilih di Maluku itu ada pada lintasan-lintasan yang sudah terbentuk atau mengakar.
“Mungkin akan ada perubahan tetapi pergeseran-pergeseran pemilih dia hanya ada pada segmentasi yang terbatas dengan isu atau kerja-kerja politik yang harus lebih banyak. Kalau hanya berdasarkan hari ini misalnya bahwa kepala daerah dari PDIP di Maluku ada itu pun tidak meyakinkan, menjamin,” urainya.
Dia lalu contohkan, kepala daerah yang merupakan kader PDIP di Maluku hanya ada di dua Kabupaten yaitu Maluku Barat Daya (MBD) dan Buru Selatan, plus satu wakil kepala daerah yakni di Kepulauan Aru. Bila ketiga titik ini dengan segmen pemilihnya dan diakumulasi untuk mendapatkan pemilih di Maluku berbanding dengan Kota Ambon, nyaris seimbang.
“Katong tahu bahwa sebaran pemilih PDIP kan sudah terkanalisasi, sudah bisa memetakannya. Misalnya simpatisan PDIP sangat militan ada di daerah mana, sudah terpetakan, teramati, bukan cuma saya,” tandas Lapalelo.
Lebih lanjut kata dia, partai pemilik kursi di Senayan dari Maluku yaitu NasDem, PKS dan Gerindra tentu bertekad pertahankan kursinya agar tidak direbut. Bahkan Golkar yang dalam sejarah pertama kali hilang kursi, tentu ingin rebut kembali di 2024.
“Jelas bersinggungan antara dua partai besar, PDIP ingin dua kursi, Golkar mau rebut. Dan tiga partai lain ingin pertahankan. Maka pernyataan Ketua DPD PDIP Maluku disatu sisi kerja berat internal tapi sisi lain memicu partai lain untuk mesin partai kerja eksta,” urainya.
Dirinya tak menampik, dalam amatan tiga bulan terakhir, partai yang sangat baik melakukan pergerakan politik di Maluku dengan melakukan besar dan konsolidasi kader adalah PDI Perjuangan.
Itulah mungkin sambungnya, yang membuat Murad Ismail yakin bisa dua kursi dan akan mundur dari Ketua partai jika target itu gagal dicapai.
“Pernyataan itu (mundur jika gagal rebut dua kursi-red) itu biasa saja, wajar selaku pimpinan partai. Tapi semata-mata memberi pesan politik ke semua kader bahwa ada konsekuensi terhadap sebuah perjuangan. Dan konsekuensi itu berat bagi pimpinan partai dan semua kader di semua tingkatan,” imbuh Lapalelo.
“Belum lagi bertambahnya partai politik otomatis akan menjadi varian. Apalagi kita belum tahu target dua kursi itu (PDIP), siapa saja tokoh atau kader partai yang diusung. Karena itu juga berdampak pada daya tarik bagi masyarakat memilih. Publik cuma tahu hanya incumbent, Mercy Barends. Yang lain kan belum tahu, belum terpublikasi,” tukas alumnus Politeknik Negeri Ambon itu.
Ditambahkan, adalah hal menarik tentu menunggu konsistensi ucapan Murad pasca Pileg 14 Februari 2024 mendatang, apakah diikuti tindakan untuk lepas jabatan ketua partai atau tidak. Ini juga yang harus dikawal internal partai. (MR-02)
Comment