AMBON,MRNews.com,- Praktisi pariwisata yang telah didapuk sebagai Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Ambon periode 2023-2026, Ewin Mesfer menegaskan, untuk “menjual” dan mengembangkan pariwisata kota Ambon kedepan harus berani keluar dari zona nyaman dan itu akan dimulai dari Bali.
“Yang bisa menjual kota Ambon, tidak perlu jauh-jauh. Cukup di Bali. Saya sudah bilang ke Kadis Pariwisata, tidak perlu studi banding, tidak perlu buat konsep kemana-mana, cukup di Nusa Dua (Bali) kita buat kantor Ambon Tourism Board,” tandas Mesfer kepada media ini di Ambon, Minggu (13/8).
“Dari situ kita gagas konsep bagaimana Jakarta-Denpasar-Ambon. Itu yang harus kita buka link itu dulu. Karena untuk wisata itu tidak mudah, sebab coast atau biayanya tinggi jika akses dengan pesawat terbang. Ini sesuai pengalaman saya dengan Dos Hermanos tangani sejumlah event nasional dan internasional,” jelasnya.
Atas dasar pengalaman itu Ewin akui, dirinya ingin hal itu diterapkan ke kota Ambon dengan mendirect Ambon kolaborasi dengan Bali, menjajaki kerjasama antara APB dengan Bali Promotion Board membuat event “Ambon-Bali Music Festival” (ABMF).
“Itu yang akan kita lakukan, Ambon-Bali Music Fesival. Tampilkan musisi kota Ambon dan promosi pariwisata kota Ambon ke wisatawan mancanegara yang menjamur di Bali,” urainya.
Selain itu, bandara Pattimura sebagai pintu masuk penerbangan dari luar daerah ke Kota Ambon dan Kabupaten/Kota lainnya di Maluku harus ditata ulang untuk lebih menonjolkan Ambon sebagai kota musik dunia.
“Di bandara sama sekali tidak ada icon-icon yang menunjukkan Ambon city of music. Tidak ada juga kolaborasi dengan UMKM. Maka saya sarankan akan kita lakukan harus ada rumah-rumah panggung dan orang bisa nikmati benar inilah Ambon,” jelas Direktur Ambon Promotion Board.
Dirinya berharap, Dinas Pariwisata (Dispar) tidak lagi melakukan kegiatan yang hamburkan banyak duit termasuk melakukan studi banding ke Makasar atau Jakarta. Kolaborasi dengan Nusa Dua-Bali sebagai sentra ekonomi pariwisata lebih menjanjikan.
“Dinas kan selalu ada di zona nyaman, tidak berani keluar dan minim konsep, kurang kreatif. Sekarang semua kita balik 90 derajat. Bagaimana caranya, mau bikin sesuatu, kita mulai start dari Bali. Mau promosi Ambon mulai dari Bali, bukan dari manapun. Nusa Dua Festival jadi starting kita,” urainya.
“Tidak perlu dana Pemda. Sebenarnya dana CSR bisa dimanfaatkan, asal kita kreatif. Sebenarnya Ambon ini kekurangan spot-spot. Santorini Jakarta yang saya kelola misalnya saja kalau search di Google, itu dikunjungi banyak orang. Banding dengan Ambon, jauh sekali. Maka media termasuk media sosial apapun untuk promosi sangat penting,” pungkas Mesfer. (MR-02)
Comment