by

Pakar: Diksi “Musibah” Keliru Dipakai Ketua DPRD Ambon Sikapi Kasus Anaknya

AMBON,MRNews.com,- Kasus dugaan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia di depan asrama Polri, Talake, Kota Ambon, Minggu (30/7) sekira pukul 21.30 WIT masih menjadi sorotan publik.

Korban yang meninggal dunia yaitu seorang pelajar berinisial RRS, (15) warga Ponegoro Ambon. Ia diduga dianiaya hingga meregang nyawa oleh AT (25) warga Talake yang juga anak ketua DPRD Kota Ambon, Ely Toisuta yang saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Sehari pasca kejadian, beredar luas video belasungkawa dari ibu terduga pelaku yang tak lain adalah Ketua DPRD Kota Ambon, Ely Toisuta berdurasi 1 menit 13 detik di sejumlah WhatsApp Grup dan media sosial.

Dalam video itu, tampak Ely didampingi putra tertuanya dan salah satu pria paruh baya yang mungkin keluarga politisi Golkar itu berdiri di salah satu sudut rumahnya memberi pernyataan.

Di video itu, Ely mengaku dengan kerendahan hati dan dengan segala kerendahan hati selalu bertawakal kepada Allah SWT, menyampaikan turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya ananda RRS.

“Semoga Allah SWT Azza Wa Jalla merahmati almarhum khusnul khotimah serta mendapatkan tempat yang paling indah disisi Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin,” ujarnya dalam video tersebut.

Atas nama keluarga pula, kata Ely, pihaknya sangat prihatin atas peristiwa dan musibah yang terjadi.

“Kami menghormati serta menyerahkan penanganan proses dan perkara ini kepada aparat penegak hukum. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan ketabahan kepada kita semua. Serta petunjuk agar kita mendapatkan hikmah yang mendalam dari musibah ini. Amin Ya Rabbal Alamin,” pungkasnya.

Menanggapi video belasungkawa dan prihatin Ketua DPRD Kota Ambon itu, pakar komunikasi publik dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, Neltji Siahaya, S.Sos, MA menegaskan, video jelas sebagai media komunikasi publik yang digunakan itu sebagai sarana untuk menyampaikan pesan.

Bahwa yang dilakukannya ini merupakan bentuk tanggungjawab moral dan sosial seorang Ely Toisuta sebagai wakil rakyat dan public figure, berjiwa besar untuk menyerahkannya ke aparat penegak hukum.

“Namun disisi lain jika melihat dan menelaah video tersebut dengan baik dan cermat, seperti dia masih melindungi anaknya sebagai terduga pelaku penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain,” jelasnya saat dihubungi via pesan messenger, Selasa (1/8).

Faktanya bisa dilihat lewat penggunaan kata atau diksi “musibah” yang jelas tidak cocok atau keliru digunakan yang bersangkutan di video tersebut, padahal diketahui anaknya adalah terduga pelaku kejahatan yang menyebabkan orang lain meninggal.

“Apabila pelakunya bukan anak ibu Elly, sangat tepat menggunakan kata musibah. Atau orang lain pakai kata musibah untuk kisahkan peristiwa itu mungkin tepat. Tapi kalau ibu Ely yang gunakan diksi musibah tidak tepat, karena terduga pelaku adalah anaknya,” urai alumnus S2 Ilmu Komunikasi UGM Jogjakarta itu.

Seharusnya menurut Siahaya, Ely harusnya berjiwa besar akui bahwa itu tindak kejahatan yang dilakukan anaknya dan memohon maaf atas perbuatan yang dilakukan.

“Itu baru tepat, bukan lalu pakai diksi musibah. Kalau longsor atau kapal tenggelam, itu jelas musibah. Apalagi tidak ada kata permintaan maaf pada keluarga korban yang menyertai ucapan di video itu,” urai Kaprodi Ilmu Komunikasi IAKN Ambon itu. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed