AMBON,MRNews.com,- Kontestasi Pilkada Gubernur Maluku tahun 2024 memang masih jauh, satu tahun lagi. Namun sejumlah nama sudah berlomba sosialisasi diri untuk masuk gelanggang politik.
Mulai dari Deputi I Kantor Staf Presiden (KSP) Febry Calvin Tetelepta (FCT), mantan Pangdam XVI/Pattimura Jeffry Apoly Rahawarin hingga teranyar nama Danlantamal IX Ambon Brigjen Mar Said Latuconsina sudah “dilempar’ ke publik.
FCF bahkan telah terframing di media sosial, dipasangkan dengan politisi yang juga anggota DPR-RI dapil Maluku asal PKS, Saadiah Uluputty. Sementara Jeffry masih saja “solo run”, masih mencari-cari figur pendamping yang pas, dengan memperhatikan segala pertimbangan.
Diluar tiga nama diatas, Gubernur Maluku Murad Ismail yang digadang-gadang akan tarung ulang, sampai saat ini belum bersikap resmi pasti maju lagi periode berikut. Masih abu-abu istilahnya.
Figur lain yang juga cukup dihitung tentu ada Wakil Gubernur (Wagub) Maluku Barnabas Orno. Isunya, gerakan bawah tanah terus dimainkan simpul-simpul mantan Bupati MBD itu, dengan menduetkannya bersama Sekda Maluku saat ini, Sadali Ie.
Tanpa meniadakan tiga figur yang disebut diawal, namun menarik dibedah bila pertarungan sengit terjadi antara Gubernur dan Wagub petahana satu perahu sebelumnya. Hasil lembaga survey tidak serta merta jadi penentu mutlak kemenangan calon. Walau sampai saat ini, belum ada satu pun lembaga survey yang merilis hasil survey soal Pilkada Maluku.
Ada prasyarat yang harus terpenuhi demi mencapai kemenangan yang sebenarnya. Namun tidak salah lembaga survey yang kapabel dapat memotret Pilkada, pileg dan Pilpres 2024, dimana survey tidak memastikan hasil akhirnya.
“Melihat dari dekat Pilkada Maluku 2024 dan berkaca dari hasil Pilkada 2018 lalu, masih jadi lumbung suara Banteng moncong putih, PDI Perjuangan. Sehingga siapapun kepala daerah yang didukung partai besutan Megawati Soekarnputri itu akan sangat berpeluang menang. Artinya calon yang bertarung memiliki kans besar, ” tandas pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen dalam siaran persnya kepada media ini, Kamis. (10/08).
Bila tidak ada kisruh berat yang terjadi terhadap Gubernur petahana, maka dapat dipastikan incumbent sulit ditandingi. Tapi karena putusnya hubungan antara Gubernur Murad dengan partai yang dulu mengusung dan berkontribusi memenangkannya di Pilkada 2018 lalu, maka peluang bagi calon Gubernur yang didukung atau dimajukan PDI-Perjuangan fifty-fifty (50-50), itu pun jika Gubernur Murad pasti maju.
Barnabas Orno tentu masihlah kader tulen PDI Perjuangan. Peluang PDI-P mengusungnya sangat terbuka untuk melawan Murad dan kontestan lainnya. Sebab tampuk kekuasan masih digenggamnya, walau cuma jadi orang nomor dua.
“Keputusan ketua umum partai dan peta koalisi kedepan sangat menentukan pertarungan antar kontestan. Sehingga ada peluang head to head terjadi antara Gubernur Murad dan Wagub Barnabas Orno,” ungkap mantan fungsionaris DPP KNPI itu.
Rumor yang beredar di kalangan aktivis politik kedai kopi lanjut Silaen, ‘petahana’ masih cukup kuat, karena menyandang predikat incumbent yang punya finansial cukup kuat. Modal finansial yang kuat selalu berkolerasi dengan kontestasi politik.
“Tak dapat dinafikan bahwa partai politik (Parpol) juga cukup signifikan menentukan tingkat keterpilihan Calon gubernur yang didukungnya. Disamping figur atau pribadi kandidat pun tak kalah penting menarik simpati pemilih, “tutur mantan alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.
Namun jangan pernah sekalipun melupakan sejarah (Jasmerah). Bahwa catatan Pilkada 2018 lalu, incumbent Gubernur Maluku saat itu, Said Assagaff berpasangan dengan mantan Bupati Malra, Anderias Rentanubun yang dalam sebagian besar lembaga survey sebelum Pilkada selalu teratas, di hari H harus tumbang dari pendatang baru, Murad Ismail-Barnabas Orno.
Dari catatan, ada beberapa daerah yang menjadi kantong suara PDI-P yang memiliki basis dukungan massa fanatisme kuat yang memberikan keuntungan terhadap calon yang dimajukan atau direkomendasikan partai.
“Seperti satu mata uang dua sisi artinya figur calon kepala daerah juga cukup menjadi ‘magnet’ penentu tersendiri bagi pemilih,” jelas aktivis organisasi kemasyarakatan pemuda tingkat nasional itu.
Parpol dan figur calon kepala daerah sama- sama memiliki keunggulan sekaligus kelemahan bila salah memajukan figur calon yang tidak disukai masyarakat. Artinya, kalau Parpol mau menang dengan calonnya maka harus bekerja keras memenangkan calon kepala daerah yang didukung bertarung di Pemilukada serentak 2024 akan datang.
“Bila menilik karakter daerah Maluku yang tersebar di pulau- pulau kecil, maka jaringan partai politik sangat menentukan tingkat kemenangan. Karena mesin partai dapat menjangkau masyarakat pemilih ditingkat basis,” tegas Silaen.
Secara umum, Pilkada Maluku 2024 nanti akan ditentukan Parpol dan calon atau figur yang akan maju. Siapapun yang didukung PDI Perjuangan, sebagai pemenang Pilkada 2018 dan Pileg 2019 lalu, bukan tidak mungkin setengah dari perjuangan sudah ditangan, sebab tiket “masuk arena” telah dimiliki.
“Seperti pribahasa Ora Et Labora, artinya partai itu dianalogikan sebagai doa setengah dari pekerjaan sudah dilakukan maka selebihnya tinggal menambahnya satu persen lagi sehingga jadi 50+1,” pungkas Silaen. (MR-02)
Comment