by

LGJI Amboina 2023; Juri Dikritik Soal Juara Hingga Panitia Diminta Berbenah Total

AMBON,MRNews.com,- Lomba Gerak Jalan Indah (LGJI) Amboina 2023 yang digagas AMGPM Daerah Kota (Dakota) bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon telah usai, Sabtu (2/9) dengan ditetapkannya para juara di lima kategori serta juara umum oleh tim juri.

Namun begitu, lomba yang sudah berlangsung lama dan rutin setiap menjelang HUT GPM dan HUT Kota Ambon yang menarik perhatian ribuan pasang mata, menghibur dan memacu roda ekonomi UMKM itu masih menyisakan berbagai cerita di kalangan pecinta baris indah.

Paling santer ialah keputusan tujuh dewan juri yang memberikan juara I kategori dewasa putra kepada peserta dengan nomor start 115 dengan nilai 3.035 dari Ranting X Silo dan nomor start 95 dengan nilai 3.030 dari Putra Eden Kudamati.

Ranting X Silo pun kemudian dinobatkan sebagai juara umum LGJI Amboina 2023. Keputusan itu lantas diikuti dengan video viral di jaga dunia maya yang terekam penonton (netizen) yang memperlihatkan “kesalahan” juara I dan II itu, yang luput dari pandangan mata juri utama maupun juri “sela” (walau bukan tugas utama mereka menilai keindahan, kerapian).

Aksi protes dan kekecewaan pun tak terhindar. Diluapkan di lokasi pembacaan hasil juara hingga bersileweran di jagad maya, menganggap para perwakilan mereka sudah berikan terbaik dengan barisan yang rapih dan indah.

Banyak sorotan publik ke juri yang dinilai tidak jujur, tidak kompeten, tidak cermat dan tidak mempertimbangkan berbagai aspek dalam menentukan juara. Juga tak sedikit pula yang salahkan panitia.

Namun apalah daya, bak nasi sudah jadi bubur. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Semua peserta dan terutama pecinta baris indah harus menerima keputusan. Sebab mereka juga manusia biasa, tidak sempurna.

Walau pahit tapi otokritik kepada panitia dan juri penting dilayangkan untuk perbaikan total agar lebih baik kedepan, salah satunya soal sistem penilaian.

Pengguna akun Facebook Charly Tomasoa ikut menyoroti LGJI 2023 ini. Menurutnya, terlalu prematur juri mengambil keputusan lomba, karena sangat berisiko.

“Mustinya disamping penilaian juri, panitia juga harus menerima penilaian publik lewat kiriman-kiriman video yang direkam, juri tidak berada di semua titik, tapi publik berada di semua titik,” harapnya.

Akun Facebook Naldo Nikijuluw berbeda pandangan dengan Tomasoa. “Sebenarnya amper samua peserta itu ada yg salah bro, cuma memang yg juara itu terekam kamera kesalahannya untuk menyelahkan juri. Jd mau baku malawang smpe mana jua, tetap penilaian juri itu tersendiri & harus dihormati,” urainya.

Kritik konstruktif lain juga datang dari netizen dengan nama akun Facebook Frislando Gabriel Omar Pattinama. Menurutnya, LGJI telah menjadi budaya di kota Ambon dan diselenggarakan hampir setiap tahun (kecuali Covid-19 dan kerusuhan).

Pelaksanaan LGJI ini telah berdampak masif untuk meningkatkan pariwisata dan sektor ekonomi kreatif – UMKM. Dan bukan tidak mungkin LGJI akan menjadi seperti Jember Fashion Festival yang bisa menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

Namun sayangnya, pelaksanaan LGJI dari tahun ke tahun masih menyisakan pembenahan di banyak aspek, terutama sistem penilaian yang kerapkali memicu kontroversi.

Oleh karenanya, kedepannya sistem penilaian LGJI kota ambon bisa diubah, dengan cara:

a. Menyediakan videotron yang menyajikan data penilaian per masing-masing tim ketika tim tersebut masuk finish, jadi penonton yang hadir langsung bisa mengetahui nilai dari peserta.

b. Mengikutsertakan TNI/Polri di dalam penilaian kejurian.

c. Penentuan juri melalui seleksi ketat, terutama juri yang terpilih tidak berasal dari jemaat yang perwakilannya ikut dalam lomba LGJI.

d. Juri benar-benar dari kalangan yang profesional dan memahami PBB.

e. Hasil lomba harus dikeluarkan secara real time. Ini bisa dicapai melalui peranan Teknologi Informasi.

Dengan demikian, kejadian kontroversi LGJI selama ini bisa dihilangkan. (MR-02)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed